Karena cara berpakaiannya, sebagian dari mereka masih mengenakan cawat dan potongan pipa untuk melindungi organ vitalnya.
Meskipun beberapa kelompok sudah mulai mengenakan celana bahkan kemeja, seringkali tidak mengenakan pakaian.
Kehidupan sehari-hari mereka diatur oleh peraturan, norma dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan budaya mereka.
Salah satunya adalah anak laki-laki yang sudah menikah harus tinggal bersama kerabat istrinya.
BACA JUGA:Ini Sejarah Terbentuknya Kangen Band Hingga Mendunia
Selain itu, mereka mempunyai sistem pengelolaan bertingkat mulai dari Temenggung, Depat, Mangku, Menti dan Jenang.
Suku Anak Dalam dilansir dari laman Bobo, menggunakan beberapa kosakata saat berbicara.
Kosakata yang digunakan adalah kosakata tradisional, kosakata meramu makanan, kosakata jimat dan kearifan lokal.
Suku Anak Dalam mungkin juga menganut kepercayaan animisme, meski ada juga yang masuk Islam.
Suku Anak Dalam yang dilansir dari situs Bobo menggunakan beberapa kosakata ketika berbicara.
Kosakata yang digunakan adalah kosakata tradisional, kosakata meramu makanan, kosakata jimat dan kearifan lokal.
Suku Anak Dalam mungkin juga menganut kepercayaan animisme, meski ada juga yang masuk Islam.
Laman Antara menyebutkan, masyarakat Suku Anak Dalam tinggal di sudung-sudung, yakni gubuk yang beralaskan daun lontar dan berpenutup plastik.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Tatung-Singkawang Pada Tradisi Cap Go Meh, Katanya Dirasuki Dewa Roh-Leluhur Lho!
Kehidupan sehari-hari mereka sangat bergantung pada alam, karena mereka berburu binatang liar di hutan, mencari buah-buahan seperti rotan, jernang, damar, manau, jelutung, damang dan makanan serta hasil hutan lainnya.
Sama halnya dengan pengobatan, masyarakat Suku Anak Dalam menyiapkan obat sendiri untuk penyakit yang dideritanya.