SILAMPARITV.CO.ID - Dahulu, tarian sakral ini digunakan untuk mencari bukti siapa yang benar dan siapa yang salah.
Penonton membentuk lingkaran di lantai dansa sementara dua kelompok anak muda saling berhadapan sambil bernyanyi.
Dua kelompok pemuda bertelanjang dada. Selimut tenun tradisional dikenakan di bagian ujung dan pinggang.
Pada bagian kepala dihiasi dengan topi menyerupai tanduk kerbau yang sering disebut panggal dan dilengkapi dengan hiasan ekor kuda (ndeki). Para pemuda itu membawa cambuk dan perisai. Mereka bersiap-siap menampilkan tarian kolosal bernama tari hasto.
BACA JUGA:Mengenal Suku Anak Dalam, Asal Usul Hingga Tradisi
Tarian Caci secara harfiah dapat diartikan sebagai tarian satu lawan satu.
Tari Caci berasal dari Flores, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini awalnya dikembangkan di sebuah desa bernama Desa Todo, Kecamatan Satarmesa. Secara etimologis, “caci” berasal dari kata “ca” yang berarti satu dan “ci” yang berarti ujian.
Secara harfiah, tari kaci dapat diartikan sebagai tarian yang dibawakan secara perorangan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa "caci" juga berasal dari nyanyian para penari yang meneriakkan suara "ca ci ca ci ca ci" saat pertunjukan.
Tari Caci biasanya dibawakan oleh dua orang dari dua kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-5 orang. Tarian ini dilakukan dengan cara melemparkan cambuk ke arah lawan.
BACA JUGA:Tradisi Valentine di Jepang, Perempuan Memberikan Coklat untuk Laki-Laki
Dengan cambuk di tangan, imam besar biasanya juga bernyanyi. Nyanyian tersebut disebut-sebut sebagai semacam provokasi terhadap lawan.
Cambuk atau cambuk yang digunakan penari Caci terbuat dari daun kelapa kuning yang ujungnya diikat dengan tali sabut kelapa. Panjang cambuk penari Caci bisa mencapai 2 meter.
Sedangkan perisainya terbuat dari kulit kerbau atau babi yang dikeringkan, kemudian bagian sampingnya ditutup dengan rotan dan ditopang di bagian dalam sebagai pegangan.
Tarian Caci merupakan tarian sakral. Dahulu, tarian ini digunakan untuk mencari bukti siapa yang benar dan siapa yang salah. Berdasarkan perkembangan tersebut, tarian ini tidak lagi digunakan untuk menyelesaikan masalah.
BACA JUGA:Ini dia Tradisi Yogyakarta yang Dilakukan Sebelum Bulan Suci Ramadhan