SILAMPARITV.CO.ID - Regulator kesehatan di Afrika Selatan (Afsel) telah mengambil tindakan tegas dengan menarik kembali sirup obat batuk anak produksi Johnson & Johnson's (J&J) dari peredaran. Langkah ini diambil setelah mendeteksi kadar dietilen glikol yang tinggi dalam produk tersebut. Batch produk yang terkena dampak telah tersebar luas di Afrika Selatan, Eswatini, Rwanda, Kenya, Tanzania, dan Nigeria, mengkhawatirkan kesehatan anak-anak di wilayah tersebut.
Pernyataan dari regulator kesehatan Afsel, yang dikutip oleh Reuters pada Minggu (14/4), mengungkapkan bahwa langkah ini diambil setelah laporan dari regulator Nigeria pada Rabu sebelumnya. Nigeria pertama kali mendeteksi adanya racun dalam batch sirup obat batuk anak dengan merek Benylin, yang merupakan bagian dari produk-produk Johnson & Johnson.
BACA JUGA:Mendiang Farah Anak SMP Asal Palembang Yang Dibunuh Bersama Ibu oleh Anak Buah Suami Korban
Kenyataan ini telah memicu reaksi cepat dari negara-negara lain di wilayah tersebut. Kenya dan Nigeria, misalnya, telah mengeluarkan perintah penarikan kembali untuk produk serupa. Sirup ini biasa digunakan dalam pengobatan demam serta kondisi alergi lainnya yang mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas.
Meskipun J&J telah melakukan spin-off kepada Kenvue (KVUE.N) pada tahun lalu, yang kini memiliki merek Benylin, tanggung jawab terhadap keamanan produk tetap menjadi sorotan utama. Kenvue menyatakan bahwa mereka sedang melakukan penilaian independen atas situasi ini dan telah berkoordinasi dengan otoritas kesehatan untuk menentukan langkah-langkah yang tepat.
BACA JUGA:Hari Kartini Sebentar Lagi, Berikut Rekomendasi Ucapan untuk Berbagai Acara
Menurut pernyataan resmi dari Kenvue, "Tinjauan terhadap basis data keamanan global kami untuk periode antara peluncuran produk pada Mei 2021 hingga 11 April 2024 tidak mengidentifikasi adanya efek samping yang serius pada batch sirup obat batuk anak Benylin mana pun."
Namun, tingginya kadar dietilen glikol dalam sirup obat batuk telah menimbulkan keprihatinan serius. Kondisi ini telah terkait dengan kematian puluhan anak di negara-negara seperti Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun sejak 2022. Ini menjadi salah satu gelombang keracunan obat oral terburuk yang pernah terjadi di dunia.
BACA JUGA:Ketahui 10 HP dengan Tingkat Radiasi Tertinggi
Ketakutan atas bahaya produk obat yang mengandung dietilen glikol telah memicu perdebatan luas tentang keamanan obat di seluruh dunia. Dietilen glikol, yang sering digunakan sebagai pelarut dalam industri farmasi, sebenarnya merupakan senyawa beracun yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama ketika dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi.
Ketidaksenonohan ini juga mengingatkan kita pada perlunya peningkatan pengawasan dan regulasi terhadap industri farmasi, terutama dalam hal pengujian keamanan produk sebelum dipasarkan. Keamanan dan kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas utama bagi semua pemangku kepentingan di industri ini.
BACA JUGA:2 Desa di MURATARA Terisolasi Akibat Jembatan Beton Sukamenang Putus
Langkah yang diambil oleh regulator kesehatan di Afrika Selatan dan negara-negara lainnya untuk menarik kembali produk obat yang tercemar merupakan langkah yang tepat dalam perlindungan konsumen, terutama anak-anak yang rentan terhadap efek berbahaya dari bahan kimia beracun seperti dietilen glikol.
Para orangtua dan keluarga di seluruh Afrika dan di seluruh dunia harus diberikan jaminan bahwa produk obat yang mereka gunakan aman dan terjamin. Ini adalah hak dasar yang harus dilindungi oleh industri farmasi dan pemerintah di setiap negara.
BACA JUGA:Isi Radiator Mesin Pakai Air Mineral Apakah Boleh? Cek di Sini!