Beras Manja

Beras Manja

Oleh : Dahlan Iskan

Presiden Jokowi

BUKAN main gembira hati saya: sudah ada UMKM yang berhasil memproduksi beras porang. Di Jateng. Tepatnya di kota Juwono, Pati.
Harganya pun sangat porang: Rp 185.000/kg.

Saya tahu perkembangan baru itu dari sesama Magetan: Endro Prasetyo Utama. Endro kini jualan beras porang itu. Endro pakai merek sendiri: MaMaGu (Madiun Makan Glukomanan). Glukomanan adalah kandungan tepung porang. Di glukomanan itulah kekuatan tepung porang. Dengan segala kebaikannya, nol karbohidratnya, dan kekayaan seratnya.

Endro tertarik ke porang sejak 2019. Yakni sejak menjadi koordinator pemasaran sepeda motor Yahama daerah Madiun dan sekitarnya. Di musim tertentu banyak sekali orang pedesaan Madiun membeli sepeda motor. Secara kontan. Endro pun melakukan penelitian: dari mana mereka mendapat uang. "Ternyata dari panen porang. Sejak itu saya tahu apa itu porang," ujarnya.
Tahun-tahun sebelum Covid harga porang memang sampai Rp 9.000/kg. Sekarang harga porang tinggal Rp 3000/kg. Maka kabar UMKM bisa memproduksi beras porang pun seperti angin surga. Berarti masyarakat segera mengonsumsi beras porang. Permintaan dalam negeri pun bisa segera naik.
Anjloknya harga porang itu akibat Tiongkok menghentikan impor porang. Baik umbinya, chip-nya maupun tepungnya. Sampai-sampai Presiden Jokowi memasukkan porang sebagai salah satu agenda pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Xi Jinping dua bulan lalu.
Hasilnya: Tiongkok sudah siap mengimpor porang lagi. Sudah sembilan eksporter yang diizinkan ekspor ke Tiongkok.
Endro termasuk orang yang datang ke dunia porang belakangan. Telat. Ketika ia beli bibit harga bibit lagi mahal-mahalnya. Ketika panen, harga porang lagi murah-murahnya. Ia ingat, ketika membeli bibit dalam bentuk umbi dulu harganya Rp 310.000/kg. Ia menanam porang 1 hektare. Ketika panen harga jualnya di bawah Rp 3000/kg.
Endro asli Sobontoro. Yakni satu desa antara Maospati dan Ngawi. Sejak sekolah Akademi Pariwisata di Solo, Endro jadi orang kota. Ia bekerja di dunia otomotif. Selama 20 tahun. Lalu belakangan pindah ke sepeda motor Yamaha.
Sejak ayahnya meninggal dunia tanah keluarga di desa Sobontoro itu nganggur. Dulunya ditanami ketela. Atau jagung. Endro mencobanya untuk porang.
Di saat harga porang jatuh itulah Endro terpikir untuk menjadi pedagang beras porang. Apalagi ia melihat di medsos ada peluang: boleh membeli beras porang dari UMKM di Pati itu untuk dikemas sendiri.
Endro pun ke Pati. Ia sudah berhenti bekerja. Ia sepenuhnya terjun ke porang. Ia menemui pengusaha UMKM tersebut. Deal. Done. Ia membeli beras porang dari sana untuk ia kemas dengan nama MaMaGu.
"Berasnya enak. Punel," ujar Endro.
Punel?
Mana ada beras porang punel?
Saya pun minta Endro untuk menceritakan kunjungannya ke Pati. Apakah ia melihat sendiri proses produksinya. Apakah ia tahu komposisi beras porang yang ia beli. Misalnya: apakah beras porang tersebut dicampur beras punel. Kalau dicampur berapa banyak campuran itu.
Ternyata Endro tidak diizinkan melihat proses produksinya. Juga tidak mendapat informasi tentang komposisinya.
Saya pun menghubungi pabrik yang di Juwono itu. Lenny Sunoto, pemiliknya, sangat responsif. Lenny langsung menjawab pertanyaan saya. Juga mengirimkan foto-foto produk pabriknyi.
Lenny juga mengirimkan komposisi kandungan beras porang itu. "Beras Porang saya namanya Glukomanan Porang Beras Instan", ujar Lenny. Isinnya beras padi dan tepung glukomanan dari porang.
Jelas. Bukan porang murni.
Lenny menyebutkan tepung porang untuk campuran itu diperoleh dari PT Sanindo Porang Berkah, Jabar. "Tepungnya sudah ada hasil lab nya dan label halalnya," ujar Lenny.
Tentu Glukomanan Beras Porang Instan ini satu kreasi dagang yang pintar. Meski bukan murni porang tapi bisa mengklaim ada unsur porangnya.
Yang penting Lenny jujur: tidak mengklaim bahwa itu murni glukomanan porang. Di daftar isi memang disebutkan secara apa adanya. Bahwa di dalamnya masih ada kandungan karbohidrat sampai 13,54 dan gula 25,49.
Sedang beras porang yang murni dua unsur tersebut 0.
Lenny tentu punya formula sendiri untuk mencampur beras padi dengan tepung porang. "Prosesnya diawali dengan memproses terlebih dahulu berasnya. Menggunakan formula alami produksi Dapur Porang. Yakni untuk menurunkan karbo dan kalori dari beras padinya," ujar Lenny. "Kami menggunakan oven untuk pengeringannya, tanpa mesin Pak," tambahnyi.
Kiat Lenny ini tentu bisa bikin pusing produsen beras porang yang murni. Apalagi harga jualnya 11-12. Padahal dengan pakai tambahan bahan baku beras, harganya harusnya bisa jauh lebih murah.
Dengan harga masih Rp 185.000/kg tentu beras porang Pati ini masih sulit diharap bisa menaikkan konsumsi porang di dalam negeri. Berarti harga porang masih tergantung pada kebaikan pasar Tiongkok.
Maka nasihat ahli dari IPB ini perlu didengar para petani porang. Nama ahli itu: Prof Dr Edi Santosa. "Porang itu tanaman sederhana. Jangan dibuat manja," kata Edi saat seminar bibit porang pekan lalu. "Kalau tidak dimanjakan, maka harga jual Rp 3.000/kg itu masih ada untung," tambahnya.
Kata Prof Edi: tanahnya tidak perlu diolah, tanamnya tidak sulit, tidak perlu pemeliharaan, tidak perlu pupuk yang mahal, tumbuh sendiri, pun di tanah kurang subur.
Selama ini petani telah memanjakan porang. Akibatnya, biayanya pun naik. Petani rugi.
Maka berhentilah memanjakan apa pun dan siapa pun. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Bus Kurnia

No Name
Suara klaksonnya yg benar itu : Telolet telolet atau toilet toilet?

Ahmad Zuhri
Saya senang dengan model/tipe orang/pengusaha seperti ini, tidak banyak mengeluh.. cepat adaptasi terhadap perubahan. Gaya hidup masyarakat sudah berubah, tidak mau sengsara lagi dalam menikmati perjalanan jauh.. fasilitas charging hp ini wajib, baterai hp habis dlm perjalanan ini menjadi kekhawatiran terbesar sekarang ini, karena kesempatan selfie/narsis jadi berkurang hehe.. Mungkin ini jg salah satu indikator negara mau maju.. aamiin.

Er Gham
Ada cerita dari orang Minang yang sudah tua. Katanya, sebenarnya orang Minang adalah yang tinggal di dataran tinggi Sumatera Barat. Sedangkan orang Padang adalah orang orang yang tinggal di kota kota sepanjang pantai Sumatera Barat. Keahlian orang padang adalah berdagang. Sedangkan orientasi orang minang adalah pendidikan dan menjadi pegawai. Banyak sekolah yang bagus didirikan di dataran tinggi Sumatera Barat ini saat jaman Belanda. Tidak heran banyak tokoh nasional kemerdekaan adalah orang Sumatera Barat. Saya tidak tahu, apakah pernah ada penelitian tentang ini. Tapi satu yang jelas, lelaki dari Sumatera Barat umumnya punya cita cita merantau sejak SMA. Apakah karena mereka tahu bahwa mereka tidak akan mendapat 'warisan'. Atau karena punya jiwa petualang. Atau keduanya. Sumatera Barat punya kendala dalam pertumbuhan ekonomi karena sebagian penduduknya selalu ingin merantau.

alasroban
Oknum dalam kepolisian, Oknum dalam pejabat pemerintahan. Itu terasa biasa di telinga kita. Tapi oknum dalam preman wkwkwkwk. Kuping rasanya gatel seperti di sogrok tugu pahlawan wkwkwk. Mudah-mudahan para preman tidak membaca disway pagi ini. Jadi sadar mereka selama puluhan tahun di bohongi sang jendral. :D

AnalisAsalAsalan
The real boss uses no pedal! Hahahahaha.

daryanto warjono
Sudah lama tidak naik bus. Memang sekarang banyak bus baru dan bagus2. Orang kecil memang sekarang punya selera yang bagus, itu semua karena Android. Dulu orang tidak kenal macem2. Sejak zaman android orang kota maupun desa, pengetahuannya sama. Yang beda cuma nasibnya.

Wawan Wibowo
Pikiran saya mengajak untuk move on melupakan kenaikan harga BBM,tapi kok ya dompet saya memveto usul pikiran saya itu,mungkin karena pengeluaran untuk beli BBM naik drastis sebesar 30% dalam satu bulan,sementara saya termasuk golongan yang tidak dapat BLT tapi juga tidak dapat kenaikan gaji,hahaha

A fa
Wuih jadi ingat dulu tahun 90 an sering juga naik bus Lorena Sumatra-Jawa. Diperjalanan malah lebih banyak duduk di bilik merokok daripada kursi penumpang. Gara gara BBM naik CHD hari ini bisa cerita tentang bus yah.

Suharyanto
Mantan preman Bakauheni yg baca tulisan pagi ini pasti geli sendiri… Kena prank nama SAN

Sumber: