Kehidupan Nurbaina Menggapai Harapan di Antara Puing Kehidupan

Kehidupan Nurbaina Menggapai Harapan di Antara Puing Kehidupan

--

SILAMPARITV.CO.ID - Kisah hidup Nurbaina sungguh memilukan. Di usianya yang telah menginjak 83 tahun, dia terpaksa tinggal di sebuah rumah yang mirip kandang ternak.

Rumah yang tidak layak huni tersebut terletak di Jorong Sawahlaweh, Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Namun, di balik puing-puing kehidupannya, tersemat harapan yang kuat untuk memperbaiki nasib.

Nurbaina tinggal bersama putranya, Aswir, yang berusia 64 tahun dan tidak memiliki istri. Keduanya hidup dari hasil pekerjaan serabutan Aswir, seperti menjadi buruh tani atau mengambil upah memetik kelapa.

Namun, pekerjaan tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

BACA JUGA:Antisipasi Banjir, Sampah Kali Pesanggrahan Dibersihkan Rutin

Tubuh Nurbaina yang kurus dan lemah telah mengingatkannya pada keterbatasan fisiknya. Meskipun begitu, telinganya masih tajam untuk mendengarkan segala sesuatu di sekitarnya.

Bahkan, ketika dikunjungi pada Jumat pagi, Nurbaina dengan jelas mengungkapkan ketakutannya tinggal di rumah yang sudah tak layak huni itu, terutama karena keberadaan pohon manggis lapuk yang berada di dekatnya.

Pada masa-masa bencana seperti sekarang, Nurbaina selalu merasa khawatir bahwa pohon manggis itu akan tumbang dan menghancurkan rumahnya.

Rumah yang sudah dalam kondisi memprihatinkan, dengan atap yang bocor yang hanya ditambal dengan terpal plastik dan baliho bekas.

Dinding dan tonggak rumah yang lapuk serta dilubangi rayap, bahkan sebagian dinding hanya tertutup oleh kardus mie instan.

BACA JUGA:Dengan Modus Yang Sama, Kini Terjadi Lagi Kasus Ibu Melecehkan Anak Sendiri

Lantai rumah yang hanya terbuat dari potongan bambu yang ditutup dengan karpet bekas menunjukkan kemiskinan ekstrem yang mereka alami.

Di dalam rumah itu, jarak antara kamar tidur, ruang tamu, dan dapur begitu dekat, sehingga asap dari dapur langsung masuk ke dalam rumah dan kamar.

Keadaan dapur dan kamar yang sangat tidak layak menjadi gambaran dari kehidupan yang jauh dari standar sanitasi yang sehat.

Untuk penerangan malam hari, Nurbaina hanya memiliki sebuah bola lampu yang diberikan oleh keponakannya, Upik Ijun, yang juga merupakan warga miskin di Sawahlaweh.

Upik Ijun dan keponakannya, Imar, tinggal di sekitar rumah Nurbaina, mencoba memberikan dukungan sebisa mereka.

BACA JUGA:Jadwal Simulasi Penerimaan CPNS dan PPPK 2024 Beredar, Pendaftaran Mulai 29 Juni

Kisah kehidupan Nurbaina menjadi cerminan dari kondisi sosial yang masih terabaikan di beberapa daerah, di mana akses terhadap tempat tinggal yang layak masih menjadi mimpi yang jauh dari terwujud.

Meskipun demikian, di tengah keputusasaan, terdapat sinar harapan yang terus menyala.

Melalui perhatian dan dukungan dari masyarakat sekitar, serta upaya pemerintah dan organisasi sosial, diharapkan Nurbaina dan orang-orang seperti dia dapat merasakan kehidupan yang lebih layak dan bermartabat.

BACA JUGA:5 Resto Legendaris yang Jadi Langganan Old Money di Jakarta

Dengan menghadirkan kesadaran akan kebutuhan akan rumah yang layak huni dan kehidupan yang sehat, bersama-sama kita bisa membangun masa depan yang lebih baik untuk semua orang, tanpa terkecuali.

Sumber: