Desa G1 Mataram, Jejak Sejarah Abdi Dalem Keraton Mataram di Musi Rawas

Desa G1 Mataram, Jejak Sejarah Abdi Dalem Keraton Mataram di Musi Rawas

Desa G1 Mataram, Jejak Sejarah Abdi Dalem Keraton Mataram di Musi Rawas--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Di tengah hamparan perkebunan karet dan sawit di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, terdapat sebuah desa yang menyimpan sejarah panjang dan bernilai tinggi, yakni Desa G1 Mataram. Desa ini bukan sekadar pemukiman biasa, melainkan memiliki hubungan erat dengan Keraton Mataram di tanah Jawa.

Nama "Mataram" yang disandang desa ini bukanlah kebetulan. Ia adalah bukti nyata jejak sejarah yang menghubungkan daerah ini dengan masa lalu kerajaan besar di Nusantara. Berdiri di atas tanah seluas 685 hektare, Desa Mataram memiliki kisah unik yang bermula sejak zaman kolonisasi Belanda pada tahun 1937.

Awal Mula Terbentuknya Desa G1 Mataram

BACA JUGA:Bupati dan Wakil Bupati Musi Rawas Safari Ramadan di Masjid Jami Nurul Hidayah, Berikan Bantuan Rp 50 Juta

BACA JUGA:Satgas Pangan Polres Lubuklinggau Sidak Pasar Inpres: Minyakita Dijual di Atas HET

Menurut Kepala Desa Mataram, Hendi Mukhtar, cikal bakal desa ini dimulai dari sebuah pemukiman kecil bernama Rompok Pagar Gajah yang berdiri pada tahun 1937. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1938, pemukiman tersebut diresmikan menjadi desa dengan nama "Mataram."

Penamaan ini tak lepas dari sosok kepala desa pertamanya, Raden Mas Hadi Suprayitno, yang merupakan seorang abdi dalem Keraton Mataram.

"Kades pertamanya adalah seorang Abdi Dalem Keraton Mataram, yakni Raden Mas Hadi Suprayitno. Itu termasuk sesepuh dan pendiri desa kami," ujar Kades Hendi Mukhtar\ dikutip dari sripoku.com.

BACA JUGA:Pendaftaran UTBK SNBT 2025 Resmi Dibuka, Biaya Rp 200 Ribu, Simak Syarat dan Jadwalnya!

BACA JUGA:Keutamaan dan Fadilah Sholat Tarawih Malam ke-13 Ramadan: Selamat dari Segala Keburukan di Hari Kiamat

Kolonisasi Belanda dan Pemindahan Penduduk dari Jawa

Desa G1 Mataram terbentuk melalui kebijakan kolonisasi yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937. Saat itu, Belanda membawa penduduk dari Keraton Mataram di Yogyakarta ke wilayah ini sebagai bagian dari program transmigrasi.

Wilayah Mataram dipilih karena lokasinya yang strategis di Kecamatan Tugumulyo. Para penduduk awal yang dibawa dari Jawa pertama kali dikumpulkan di lapangan desa, yang kini terletak di belakang kantor desa. Di tempat ini pula, Belanda membangun pemukiman pertama untuk para kolonis.

Hingga kini, salah satu peninggalan dari masa kolonisasi masih bisa ditemukan, yaitu sebuah mata air yang terletak di sudut lapangan. Mata air ini masih digunakan oleh masyarakat setempat hingga saat ini.

Pusat Kolonisasi dan Cikal Bakal Kecamatan Tugumulyo

BACA JUGA:Besaran Zakat Fitrah dan Fidyah 1446 H di Kabupaten Musi Rawas Resmi Ditetapkan

BACA JUGA:Baznas Kota Lubuk Linggau Tetapkan Besaran Zakat Fitrah dan Fidyah Tahun 2025

Seiring berkembangnya waktu, Desa Mataram tidak hanya menjadi tempat pemukiman bagi para pendatang dari Jawa, tetapi juga menjadi pusat penyebaran penduduk ke berbagai desa di sekitarnya.

"Desa Mataram ini awalnya cukup luas, termasuk Desa G2 Dwijaya (sekarang), itu dulunya bagian dari Desa G1 Mataram," jelas Kades Hendi.

Tak hanya itu, beberapa desa lain di Kecamatan Tugumulyo juga berasal dari penduduk yang awalnya menetap di Desa Mataram. Karena perkembangan populasi dan pemekaran wilayah, masyarakat kemudian menyebar ke desa-desa tetangga.

Pada tahun 1938, Rompok Pagar Gajah resmi berubah menjadi Desa Mataram dan dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Mataram Wetan dan Mataram Kulon. Perkembangan selanjutnya melahirkan marga-marga seperti Ekamarga dan Dwimarga.

Keberadaan Desa Mataram juga menjadi faktor penting dalam terbentuknya Kecamatan Tugumulyo. Salah satu bukti sejarah yang masih berdiri hingga kini adalah tugu yang berada di simpang tiga depan Kantor Desa Mataram.

"Tugu itu adalah penanda awal mula terbentuknya Kecamatan Tugumulyo. Itulah tugunya di desa kami, bukan di desa lain," tegas Kades.

Warisan Sejarah yang Tetap Terjaga

BACA JUGA:Sukses Jaga Keandalan Listrik Pada Pemilu 2024, KPU Kabupaten Musi Rawas Apresiasi PLN ULP Muara Beliti

BACA JUGA:DPD Partai Gerindra Sumsel Pastikan Pemecatan Bahtiar, Anggota DPRD Musi Rawas yang Terjerat Kasus Korupsi

Sebagai salah satu desa tertua di Kecamatan Tugumulyo, Desa Mataram memiliki banyak peninggalan sejarah, termasuk makam para veteran yang pernah ada di desa ini. Saat ini, makam tersebut telah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Lubuklinggau.

Desa Mataram terus mengalami perkembangan, baik dalam infrastruktur maupun pemberdayaan masyarakat. Berbagai program pembangunan terus digalakkan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, tanpa melupakan akar sejarah yang telah menjadi bagian dari identitas desa ini.

Kepala Desa Hendi Mukhtar, yang merupakan generasi ke-12 kepala desa, menegaskan bahwa sejarah panjang Desa Mataram ini didapatkan dari cerita turun-temurun para sesepuh dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Kami menjaga sejarah ini agar tetap dikenang oleh generasi muda. Desa Mataram bukan sekadar desa biasa, tetapi desa dengan sejarah yang panjang dan penuh nilai," pungkasnya.

BACA JUGA:Latihan Soal Ujian Sekolah Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Kurikulum Merdeka 2025, Lengkap dengan Kunci Jawaban

BACA JUGA:Dugaan Grup WhatsApp 'Orang-Orang Senang', Kejagung Usut Kasus Korupsi PT Pertamina Patra Niaga

Desa G1 Mataram bukan hanya sekadar sebuah nama, tetapi sebuah warisan sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Dari kolonisasi Belanda hingga menjadi pusat perkembangan Kecamatan Tugumulyo, desa ini tetap menjaga identitas dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para leluhur.

 

Dengan menjaga dan melestarikan sejarah ini, masyarakat Desa Mataram dapat terus berkembang tanpa melupakan akar budayanya. Desa ini menjadi contoh nyata bagaimana warisan leluhur tetap hidup dalam kehidupan modern.

BACA JUGA:Bacaan Niat Zakat Fitrah untuk Orang Tua, Diri Sendiri, dan Keluarga dalam Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan

BACA JUGA:Anggota DPRD Musi Rawas Bachtiar Ditangkap Terkait Kasus Korupsi Perkebunan Sawit

Sumber: