“Perbedaan pekerjaan seharusnya tidak menjadi alasan untuk memutuskan ikatan pernikahan. Kesetiaan dan pengorbanan adalah pondasi utama rumah tangga, bukan status sosial,” ujar salah satu pakar psikologi keluarga.
Dari kisah menyedihkan ini, masyarakat diingatkan bahwa tidak semua keberhasilan harus dibayar mahal dengan kehilangan orang yang pernah berjuang bersama. Cinta sejati bukan tentang siapa kamu setelah sukses, tetapi siapa yang bersamamu saat kamu belum jadi siapa-siapa.
BACA JUGA:Suami di Mamuju Maafkan Istri Selingkuh Setelah Selingkuhan Bayar Denda Rp. 10 Juta Lewat Adat
BACA JUGA:Didominasi FLPP, BRI Perkuat Komitmen Tingkatkan Akses Hunian Terjangkau dalam Program 3 Juta Rumah
Kesimpulan
Kisah ini bukan hanya tentang perceraian, tetapi juga tentang nilai kesetiaan, ketulusan, dan rasa terima kasih. Semoga menjadi pelajaran bagi siapa pun yang sedang menapaki tangga kesuksesan—jangan lupakan siapa yang menemanimu di langkah pertama.
BACA JUGA:Kubur Emas 6 Kg Sejak 1958, Pria di Jakarta Gigit Jari Saat Rumah Direnovasi.
BACA JUGA:Harga Beras di Makassar Tembus Rp. 400 Ribu per 25 Kg, Warga Menjerit.