Telur dadar atau omelet biasanya lebih menggugah selera, apalagi jika ditambah bawang, cabai, atau keju. Namun, tambahan ini membuat kalorinya meningkat.
Kalori lebih tinggi: Rata-rata 125 kkal per butir, bisa bertambah sesuai bahan tambahan.
Protein stabil: Sekitar 7 gram, tetapi lemak naik hingga 9 gram.
Antioksidan menurun: Studi Food Research International (2020) menemukan bioaksesibilitas lutein dan zeaxanthin lebih rendah pada telur dadar dibanding rebus.
Vitamin B kompleks rentan hilang akibat pemanasan lebih lama.
Meski begitu, telur dadar punya kelebihan dalam hal rasa. Menu ini bisa menjadi pilihan tepat untuk anak-anak yang susah makan karena lebih variatif dan menggugah selera.
BACA JUGA:Jantung Berdebar Saat Jatuh Cinta, Normal atau Bahaya? Ini Penjelasan Dokter
Kesimpulan
Telur tetap menjadi sumber gizi padat, baik direbus, diceplok, maupun didadar. Namun, ada perbedaan penting:
Telur rebus: Paling sehat, rendah kalori, nutrisi lebih stabil. Cocok untuk diet dan kesehatan jangka panjang.
Telur ceplok: Tetap bergizi, tapi lebih tinggi kalori dan lemak karena minyak. Pilih minyak sehat dan masak dengan api sedang.
Telur dadar: Lezat dan variatif, tetapi nutrisi antioksidan lebih rendah. Bisa jadi pilihan untuk meningkatkan nafsu makan, terutama anak-anak.
Dengan memahami perbedaan ini, cara memasak telur bisa disesuaikan dengan kebutuhan gizi, kesehatan, dan gaya hidup sehari-hari.
BACA JUGA:Pasar Semi Modern Lubuklinggau Mulai Dibangun 2026, Anggaran Capai Rp. 30 Miliar.