Menag menyampaikan pandangannya:
“Masak kementerian-kementerian lain melakukan Natal bersama, Kementerian Agama enggak? Selama ini kan Natal Kristen, Natal Katolik. Tapi Natal Kementerian Agama-nya enggak. Nah tahun ini kita akan membuat sejarah.”
BACA JUGA:Bisa Konsultasi Psikolog Dengan BPJS? Begini Syarat dan Prosedurnya
BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Pastikan Seragam Sekolah Gratis Rampung dan Dibagikan Awal Desember 2025
Bukan Penyatuan Keyakinan, Tetapi Penghormatan
Prof. Nasaruddin menegaskan bahwa penyelenggaraan Natal bersama bukanlah bentuk penyatuan keyakinan atau simbol keagamaan, tetapi merupakan penghormatan terhadap keberagaman dan upaya memperkuat toleransi antarumat beragama.
“Toleransi itu jelas definisinya. Selama kita konsisten dengan toleransi ini, maka tidak akan ada masalah. Dan ini dihalalkan semua agama. Tidak ada agama yang tidak senang dengan toleransi,” jelasnya.
Melalui perayaan Natal bersama ini, Kemenag ingin menunjukkan bahwa pemerintah hadir sebagai fasilitator kerukunan, sekaligus memberikan ruang saling menghormati antarumat beragama di Indonesia.
BACA JUGA:Kedapatan Berbuat Tak Pantas, Dua Remaja Putra Diamankan di Kendari.
BACA JUGA:Tarif Fantastis Rp. 15 Juta, Dua PSK Online Uzbekistan Ditangkap di Jakarta Barat.
Simbol Baru Toleransi di Indonesia
Perayaan Natal pertama yang diselenggarakan Kemenag RI akan menjadi tonggak penting dalam sejarah kerukunan nasional. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat persaudaraan, memupuk kebersamaan, dan mempertegas komitmen negara dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman Indonesia.
BACA JUGA:Hukum Menggunakan Kosmetik dan Skincare Mengandung Alkohol Dalam Islam
BACA JUGA:Usai Belasan Hari Buron, Pelaku Penusukan di Lubuklinggau Pulang dan Langsung Dibekuk.