Cek Fakta: Benarkah Makam Nabi Zulkifli Ditemukan di Balik Tembok Besar China?
Cek Fakta: Benarkah Makam Nabi Zulkifli Ditemukan di Balik Tembok Besar China?--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Dunia arkeologi dan sejarah kembali diguncang oleh temuan menakjubkan yang berpotensi mengubah narasi panjang hubungan Timur Tengah dan Asia Timur. Sebuah makam kuno ditemukan di wilayah barat laut Tiongkok, tepatnya di sekitar reruntuhan bagian Tembok Besar China yang rusak akibat longsor hebat awal tahun ini. Menariknya, makam tersebut diduga kuat merupakan tempat peristirahatan terakhir Nabi Zulkifli, seorang nabi yang disebut dalam Al-Qur’an.
Penemuan ini langsung mengundang perhatian para ilmuwan, sejarawan, arkeolog, serta tokoh agama dari seluruh dunia. Pasalnya, jika benar makam ini adalah milik Nabi Zulkifli, maka hal ini akan membuka kembali diskusi besar tentang sejarah migrasi, dakwah tauhid, dan interaksi awal antara masyarakat Timur Tengah dengan kawasan Asia Timur jauh sebelum era Islam secara resmi dikenal di Tiongkok pada abad ke-7 Masehi.
???? Makam Kuno Tersembunyi di Balik Runtuhan Tembok Besar
Penemuan makam tersebut terjadi secara tidak sengaja. Longsor besar yang menerjang sebagian Tembok Besar membuka celah tanah yang sebelumnya tidak pernah dijamah manusia. Di balik puing-puing batu kuno itu, tim arkeolog menemukan struktur pemakaman tua dengan pintu lengkung berhias kaligrafi Arab, serta artefak bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur’an, termasuk dari Surah Al-Anbiya dan Yasin.
Selain itu, ditemukan pula kain bersulam emas yang menutupi batu nisan putih, dan beberapa ukiran doa dalam bahasa Arab klasik. Semua petunjuk ini menunjukkan adanya pengaruh Islam kuat di kawasan yang sebelumnya tidak tercatat dalam sejarah penyebaran Islam.
???? Siapa Nabi Zulkifli?
Nabi Zulkifli adalah salah satu nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an, dikenal sebagai sosok yang sabar, teguh, dan bijaksana. Namanya tercantum dalam Surah Al-Anbiya ayat 85 dan Surah Shad ayat 48, di mana ia dipuji sebagai “orang-orang yang paling baik”. Dalam literatur Islam, ia diyakini sebagai putra dari Nabi Ayub, dan hidup sekitar tahun 1500–1425 SM.
Meski tidak disebutkan secara rinci dalam Al-Qur’an, keberadaannya sangat dihormati, dan beberapa catatan sejarah menyebut bahwa ia diutus kepada kaum Arrami dan Amori. Sejarawan seperti Ibnu Katsir bahkan menegaskan bahwa Zulkifli benar-benar seorang nabi, karena namanya disandingkan dengan para nabi besar lainnya.
???? Islam dan Tiongkok: Sejarah yang Lebih Tua dari Perkiraan?
Sebelum penemuan ini, sejarah resmi mencatat bahwa Islam pertama kali masuk ke Tiongkok pada abad ke-7 M melalui utusan Khalifah Utsman bin Affan yang berkunjung ke istana Dinasti Tang. Jalur Sutra menjadi sarana utama dalam penyebaran agama Islam melalui pedagang, ilmuwan, dan utusan diplomatik.
Kota-kota besar seperti Xi’an, Guangzhou, dan Quanzhou menjadi saksi tumbuhnya komunitas Muslim awal. Masjid Huaisheng yang didirikan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash di Guangzhou menjadi bukti arsitektur Islam tertua di Tiongkok.
Namun, jika benar Nabi Zulkifli dimakamkan di wilayah ini, maka artinya ajaran monoteisme telah hadir di Tiongkok ribuan tahun lebih awal dari yang selama ini diyakini. Ini mengisyaratkan bahwa ada jejak spiritual Bani Israil atau komunitas tauhid lain yang bermigrasi ke timur jauh sebelum masa kenabian Muhammad SAW.
BACA JUGA:Kisi-Kisi dan Pembahasan Soal UTBK SNBT 2025: Tes Literasi Bahasa Indonesia Disertai Kunci Jawaban
???? Diaspora, Ajaran Tauhid, dan Komunitas Monoteistik Kuno
Penemuan ini memunculkan kembali teori bahwa sejumlah nabi atau tokoh spiritual dari wilayah Timur Tengah pernah melakukan perjalanan jauh ke timur. Beberapa komunitas kuno yang menganut ajaran monoteisme di Asia Tengah dan Tiongkok barat diyakini sebagai keturunan dari migrasi besar ini.
Catatan lokal dan beberapa manuskrip klasik juga menyebut tentang keberadaan “kaum bijak dari barat” yang membawa ajaran tentang satu Tuhan. Hal ini sejalan dengan semangat ajaran tauhid yang diemban para nabi, termasuk Zulkifli.
???? Tiongkok dan Keragaman Agama: Dari Dinasti Tang ke Dinasti Yuan
Selama berabad-abad, Tiongkok dikenal sebagai wilayah yang relatif terbuka terhadap pengaruh luar, termasuk dalam hal kepercayaan dan budaya. Pada masa Dinasti Tang dan Dinasti Yuan, komunitas Muslim mendapatkan ruang yang cukup besar untuk berkembang. Bahkan, banyak dari mereka menjadi pejabat tinggi, ilmuwan, hingga pedagang besar.
Suku Hui yang hingga kini memeluk Islam di berbagai wilayah Tiongkok adalah bukti nyata warisan hubungan panjang antara Islam dan peradaban Tiongkok. Penemuan makam ini memberi perspektif baru, bahwa keterkaitan tersebut bisa jadi sudah terjalin dalam ikatan spiritual sejak zaman yang lebih kuno.
BACA JUGA:Manajemen Sriwijaya FC Bentuk Tim Khusus Pencari Sponsor, Libatkan Suporter dan GP Ansor Sumsel
???? Menanti Kepastian dan Makna Sejarah yang Mendalam
Saat ini, dunia menantikan hasil resmi dari penelitian lanjutan yang sedang dilakukan oleh tim gabungan internasional. Pemerintah Tiongkok telah membatasi akses ke situs, sambil menyusun kerangka kerja kolaboratif dengan para ahli dari berbagai negara.
Namun yang jelas, bila klaim ini terbukti, maka sejarah harus ditulis ulang. Interaksi antara dunia Islam dan Tiongkok tidak lagi sekadar dalam konteks perdagangan atau diplomatik, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan spiritual umat manusia.
Bahkan jika makam tersebut ternyata bukan milik Nabi Zulkifli, penemuan ini tetap menjadi cerminan pentingnya riset lintas budaya dan keyakinan, serta membuka cakrawala baru dalam memahami jalur dakwah dan migrasi para tokoh monoteis dari masa lampau.
???? Penutup: Sejarah yang Tak Pernah Habis Ditelusuri
Penemuan makam kuno ini menjadi pengingat bahwa sejarah menyimpan banyak misteri yang belum terungkap. Dari puing-puing masa lalu, kita belajar bahwa kebenaran tidak selalu tercatat di permukaan. Bisa jadi, ia tersembunyi dalam batu-batu tua, dalam reruntuhan yang dilupakan, menunggu untuk diceritakan kembali.
BACA JUGA:Lapas Lubuklinggau Kembali Panen dan Berbagi Sayuran, Manfaatkan Lahan Sebagai Sarana Pembinaan
Sumber: