Wacana Haji Lewat Jalur Laut, Menag: Kita Sudah Ada Pengalaman Sebelumnya
Wacana Haji Lewat Jalur Laut, Menag: Kita Sudah Ada Pengalaman Sebelumnya--ist
Meskipun konsep haji laut belum matang, jalur laut untuk umrah disebut Menag sudah pernah dicoba dalam skala kecil. Skemanya bukan langsung dari Indonesia, melainkan jemaah terbang ke negara tetangga terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan via laut menuju Saudi Arabia.
“Kalau jalur umrah, sudah ada sih sebenarnya. Tapi tidak langsung dari Indonesia. Misalnya, terbang dulu ke mana, baru naik kapal. Saya lihat ada satu dua orang jemaah dari Indonesia yang sudah menggunakan jalur itu,” kata Menag.
Namun, biaya dan efisiensi rute umrah jalur laut ini belum diketahui secara pasti karena masih dalam tahap eksplorasi awal dan dilakukan secara terbatas oleh individu.
BACA JUGA:Perkuat Struktur Pendanaan Jangka Panjang, BRI Fokus Himpun Dana Murah
BACA JUGA:Sarjana Akuntansi Rela Jadi PPSU: Bersihkan Got dan Sapu Jalan Demi Pekerjaan
Kapal Laut Sebagai Solusi Alternatif
Dalam jangka panjang, moda transportasi laut dianggap bisa menjadi alternatif yang prospektif dalam mengurangi ketergantungan pada penerbangan udara, yang sering menjadi sorotan karena harga tinggi dan keterbatasan tempat.
“Kapal laut daya tampungnya besar. Fasilitas di Saudi Arabia juga tersedia sepanjang tahun, meski bukan dalam jumlah besar,” imbuhnya.
Menag juga menyebut bahwa Saudi Arabia terbuka terhadap diskusi seputar peluang penggunaan kapal laut untuk ibadah haji maupun umrah. Ia sempat membahas ide ini dalam peluncuran laporan SGIE 2024/2025 dan peringatan satu dekade Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) di Bappenas, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
“Digagas ke depan, kami kira sangat prospektif memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga sudah berbicara dengan sejumlah pejabat di Saudi Arabia,” ujar Menag.
BACA JUGA:7 Manfaat Daun Salam untuk Kesehatan: Turunkan Gula Darah hingga Cegah Batu Ginjal
Penutup
Wacana haji lewat jalur laut menjadi pembahasan menarik dan strategis di tengah isu kuota haji terbatas, biaya mahal, serta tingginya animo masyarakat Indonesia untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci. Meskipun masih dalam tahap gagasan, hal ini membuka kemungkinan transformasi layanan haji dan umrah yang lebih beragam dan inklusif di masa depan.
BACA JUGA:Langkah Akseleratif Transformasi BRI Tuai Dukungan Komisi XI DPR RI
Sumber: