Dualisme Takhta Keraton Surakarta: Konflik Panjang yang Kembali Memanas Hingga Muncul Dua Raja Baru

Dualisme Takhta Keraton Surakarta: Konflik Panjang yang Kembali Memanas Hingga Muncul Dua Raja Baru

Dualisme Takhta Keraton Surakarta: Konflik Panjang yang Kembali Memanas Hingga Muncul Dua Raja Baru--ist

BACA JUGA:10 Daftar Negara dengan Pendidikan Terbaik di Asia 2025, Dua Negara ASEAN Masuk Peringkat Atas

BACA JUGA:7 Makanan Penyebab Jerawat yang Perlu Dihindari agar Kulit Tetap Bersih dan kinclong

  • 13 November 2025 – Putra Tertua Menyatakan Diri Raja

Sementara itu, rapat keluarga besar dipimpin Maha Menteri KGPA Tedjowulan melantik:

KGPH Mangkubumi (putra tertua PB XIII)

yang kemudian mengukuhkan diri sebagai raja dengan gelar:

Paku Buwono XIV

Kubu Dewan Adat menegaskan bahwa hak takhta berada pada putra laki-laki tertua bila raja wafat tanpa menunjuk permaisuri resmi.

Kini, Muncul Dua Raja Baru

Dengan dua penobatan berbeda, Keraton Surakarta kembali menghadapi dualisme kepemimpinan:

  • Paku Buwono XIV – versi KGPAA Hamangkunegoro Sudibyo (GPH Purbaya)
  • Paku Buwono XIV – versi KGPH Mangkubumi

Situasi ini mengulang konflik suksesi era 2004 dengan konfigurasi politik dan dukungan keluarga yang hampir serupa.

Hingga kini, upaya mediasi masih dibutuhkan agar Keraton Surakarta sebagai pusat budaya Jawa dapat kembali stabil.

BACA JUGA:Rebus atau Kukus? Ini Cara Memasak Sayur yang Tak Hilangkan Vitamin

BACA JUGA:11 Kebiasaan Orang Cerdas yang Membedakan dari Kebanyakan Orang

Sumber: