Kisah Nasi Tiwul, Simbol Perjuangan di Masa Penjajahan

Kisah Nasi Tiwul, Simbol Perjuangan di Masa Penjajahan

Kisah Nasi Tiwul, Simbol Perjuangan di Masa Penjajahan --ist

SILAMPARITV.ID.CO - Nasi tiwul dibuat dari singkong yang dikeringkan menjadi gaplek, lalu ditumbuk halus hingga berbentuk tepung. Tepung singkong ini kemudian dikukus dan disajikan dengan lauk sederhana. Teksturnya kenyal dan rasanya gurih khas, apalagi bila dipadukan dengan parutan kelapa atau siraman gula merah.

BACA JUGA:Xaverius Lubuk Linggau Gelar Upacara HUT RI ke-80 Meriah Dengan Pentas Seni

BACA JUGA:Virus Nipah di India: Kewaspadaan Tinggi Diperlukan untuk Cegah Potensi Wabah di Indonesia

Namun di balik kesederhanaannya, tiwul menyimpan sejarah panjang. Pada masa penjajahan Jepang, beras menjadi langka dan harganya sangat mahal. Rakyat Jawa, terutama di pedesaan, sulit mendapatkan beras untuk dijadikan makanan pokok. Dalam kondisi krisis inilah singkong hadir sebagai solusi. Murah, mudah ditanam, dan dapat diolah menjadi tiwul sebagai pengganti nasi.

 

Tiwul pun menjadi makanan utama rakyat kecil, terutama saat Agresi Militer dan masa-masa sulit di tahun 1960-an. Dari sinilah tiwul dikenal sebagai simbol ketahanan, perjuangan, dan semangat bertahan hidup rakyat Indonesia.

 

Kini, nasi tiwul lebih sering dijumpai sebagai jajanan pasar khas Jawa Tengah dan Yogyakarta. Disajikan dengan parutan kelapa, gula merah, atau bahkan pelengkap lain seperti ketan hitam dan jagung pipil, tiwul menjadi makanan tradisional yang kembali digemari.

BACA JUGA:Selain Siomay, Batagor Jadi Camilan Terenak di Dunia

BACA JUGA:YBM PLN UID S2JB Salurkan Bantuan untuk Veteran: Hormat Setinggi-tingginya bagi Pejuang Bangsa

Kehadirannya setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia bukan sekadar makanan, tetapi juga pengingat akan perjuangan rakyat melawan keterbatasan di masa penjajahan. Dari tiwul, kita belajar bahwa kesederhanaan pun bisa menjadi simbol kekuatan bangsa.

Sumber: