Membangkitkan Kesadaran dan Solidaritas Menghadapi Dampak Banjir Bandang di Lubuklinggau

Membangkitkan Kesadaran dan Solidaritas Menghadapi Dampak Banjir Bandang di Lubuklinggau

--

SILAMPARITV.CO.ID - Pagi yang gelap menjadi saksi bagi kepedihan yang melanda Lubuklinggau pada Senin (3/6/2024). Banjir bandang yang tak terduga merebak, memporak-porandakan kehidupan warga sekitar.
 
Data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPK-PB) Lubuklinggau mencatat dampaknya yang meluas: Kelurahan Bandung Kiri dengan 30 rumah terdampak, Kelurahan Muara Enim 60 rumah, Kelurahan Karya Bakti 45 rumah, dan Ulak Lebar dengan 15 rumah.

Peristiwa tragis ini menyisakan kisah-kisah pilu. Salah satu warga bahkan terpaksa memanjat pohon untuk menyelamatkan diri ketika banjir bandang menghantam dinding rumahnya hingga roboh.

Skenario serupa terulang di beberapa wilayah, termasuk Karya Bakti Kecamatan Lubuklinggau Timur II, di mana tinggi air mencapai 1,5 hingga 2 meter.

BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Kembali Raih Opini WTP 14 Kali Berturut

Derasnya arus meluluhlantakkan rumah-rumah, meninggalkan kehancuran sebagai saksi bisu.

Namun, di tengah keprihatinan dan kerugian material yang mencapai puluhan juta, terbersit rasa syukur karena tidak ada korban jiwa dalam musibah ini.

Namun, bagaimana dengan kerugian non-material yang dialami para korban? Bagaimana dengan trauma yang menghantui mereka, terutama anak-anak yang harus menghadapi ketakutan dan kehilangan?

Aminah, salah seorang yang terdampak langsung, menceritakan betapa cepatnya keadaan berubah. "Dinding dapur rumah ini jebol karena tidak kuat menahan debit air, seluruh isi rumah terendam dan hanyut," ungkapnya.

BACA JUGA:RSUD Siti Aisyah dan Petanang Lubuklinggau

Semua yang mereka miliki lenyap dalam sekejap, meninggalkan mereka hanya dengan baju yang melekat di tubuh. Kondisi serupa juga dialami oleh banyak keluarga lainnya di Lubuklinggau.

Kisah Aminah dan banyak warga lainnya menjadi cerminan betapa rentannya kita sebagai manusia di hadapan alam.

Namun, bukankah kita juga punya kekuatan untuk bergerak bersama, untuk saling menguatkan di saat-saat genting seperti ini?

Dion, Ketua RT 07 Kelurahan Wira Karya, menyoroti kebutuhan mendesak akan solidaritas dan bantuan nyata. "Total rumah yang terdampak mencapai 45, dengan 7 di antaranya rusak berat," ungkapnya.

Bantuan sangat dibutuhkan, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan moral dan emosional bagi para korban.

BACA JUGA:Ini Dia Strategi PLN Lubuklinggau Guna Tingkatkan Kualitas dan Keandalan Listrik

Namun, tanggapan terhadap tragedi ini masih dirasa kurang memadai oleh sebagian warga. "Pemerintah dan calon wali kota sudah banyak yang datang, tapi mereka hanya foto-foto, kami kesal nanti dulu foto-foto yang penting ngasih bantuan dulu," ungkap Dion dengan nada kekecewaan.

Memang, lebih dari sekadar simpati dan sorotan media, dibutuhkan tindakan nyata untuk membantu para korban bangkit dari keterpurukan.

Banjir bandang di Lubuklinggau bukan hanya sekadar peristiwa alam biasa. Ia adalah cermin dari ketidakseimbangan antara manusia dan lingkungannya.

BACA JUGA:Berikut Agenda Presiden Jokowi di Musi Rawas, Lubuklinggau dan Muratara, Terakhir di Lubuklinggau

Apa yang bisa kita ambil dari sini? Perlukah kita terus meremehkan perubahan iklim yang semakin memburuk? Perlukah kita tetap bersikap acuh tak acuh terhadap dampak yang mungkin terjadi?

Saatnya kita bangun dan bertindak. Solidaritas, kepedulian, dan kerja sama adalah kunci untuk menghadapi tantangan masa depan.

Mari bergerak bersama, bukan hanya sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai satu kesatuan manusia yang peduli akan sesama dan lingkungan tempat kita tinggal.

Lubuklinggau, meskipun terkena badai, tetapi semangatmu tak boleh redup. Mari bersama-sama kita bangun kembali, mengeringkan air mata, dan menggenggam erat mimpi akan masa depan yang lebih baik.

BACA JUGA:Senin Gelar Apel Pasukan di TOS Persiapan Menyambut Kunjungan Presiden Jokowi

Sumber: