Sepasang Relawan Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri, Gaji Tak Jelas Jadi Alasan
Sepasang Relawan Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri, Gaji Tak Jelas Jadi Alasan--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Sepasang suami istri yang menjadi relawan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memutuskan untuk berhenti dari tugas mereka. Keputusan ini diambil lantaran ketidakjelasan mengenai gaji yang mereka terima selama bekerja sebagai relawan.
Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48), pasangan suami istri asal Desa Pandian, Kecamatan Kota, sebelumnya bertugas sebagai relawan di dapur MBG. Farid bertanggung jawab di bagian pemorsian makanan, sementara Wulandari, yang akrab disapa Wulan, bekerja di bagian penyayuran. Sejak bergabung dalam program ini, keduanya bekerja sejak dini hari, dengan relawan bagian penyayuran mulai bertugas pada pukul 01.00 WIB, sedangkan bagian pemorsian mulai bekerja pukul 04.00 WIB hingga semua makanan siap disajikan.
Dipindahkan ke Posisi Baru, Pasutri Memilih Mundur
BACA JUGA:Pelantikan Kepala Daerah 6 Februari 2025 Resmi Ditunda, Menunggu Hasil Putusan MK
BACA JUGA:Mulai 1 Februari 2025, Pengecer Dilarang Jual Elpiji 3 Kg, Harus Terdaftar sebagai Subpenyalur
Keputusan mundur dari relawan MBG diambil setelah Farid dan Wulan dipindahtugaskan ke posisi baru. Farid ditugaskan sebagai sekuriti dapur, sementara Wulan dipindahkan ke bagian pemorsian. Perubahan ini membuat Wulan kesulitan mengatur jadwal karena berbenturan dengan usaha warung nasi yang telah mereka rintis selama 13 tahun. Selain itu, Farid merasa tidak nyaman bekerja sendirian sebagai sekuriti dapur, sehingga mereka memilih untuk mengundurkan diri.
"Saya sebenarnya masih ingin membantu, tapi tugas baru ini kurang cocok dengan kondisi kami. Apalagi, tidak ada kejelasan tentang gaji kami selama bekerja di dapur MBG," ujar Farid saat ditemui di rumahnya, Kamis (30/1/2025).
Ketidakjelasan Gaji Jadi Alasan Utama
Farid menuturkan bahwa sejak mengikuti pelatihan relawan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen atau kontrak resmi yang menjelaskan besaran gaji yang akan diterima. Saat menanyakan hal tersebut kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilur Rahman, pada 11 Januari 2025, Farid tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
BACA JUGA:Harga Cabai di Pasar B Srikaton Musi Rawas Terus Naik, Warga Berharap Stabilitas Harga
BACA JUGA:Persaingan Ketat Perusahaan Otobus di Indonesia: PO SAN Pertahankan Eksistensinya Selama 35 Tahun
"Tidak ada sama sekali hitam di atas putih, Mas," kata Farid.
Farid hanya mengetahui bahwa gaji relawan malam dan siang hari berbeda, tetapi hingga pengunduran dirinya, ia tidak pernah diberi tahu nominal pasti yang akan diterimanya.
Sementara itu, Mohammad Kholilur Rahman mengonfirmasi bahwa beberapa relawan, termasuk Farid dan Wulan, memang mengundurkan diri sekitar dua pekan setelah program MBG dimulai pada 13 Januari 2025. Namun, ia memastikan bahwa para relawan yang mundur sudah mendapatkan pengganti.
Terkait ketidakjelasan gaji relawan, Kholilur menyatakan bahwa seluruh kewenangan mengenai hal tersebut berada di tangan Kodim 0827 Sumenep, bukan di bawah SPPG.
"Saya hanya diperkenalkan dengan mereka (relawan), lalu menjalani program sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN)," jelasnya.
Kontroversi Program Makan Bergizi Gratis
BACA JUGA:Benarkah Merendam Mata dengan Air Rebusan Daun Sirih Bisa Mengobati Mata Minus?
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang mendapat perhatian luas dari masyarakat. Selain isu gaji relawan, beberapa informasi lain mengenai pelaksanaan program ini juga ramai diperbincangkan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menanggapi berbagai isu yang beredar di publik mengenai program ini. Salah satunya adalah laporan tentang seorang siswa di Palembang bernama Gibran yang disebut menolak makan siang gratis.
"Misalnya contoh ya, ini laporan ketika hari pertama ada anak yang namanya Gibran di Palembang tidak mau makan. Media meliputnya cukup besar," ujar Dadan dalam Rapimnas PIRA Gerindra di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).
Namun setelah ditelusuri, ternyata Gibran tidak makan bukan karena tidak menyukai menu MBG, melainkan karena sudah kenyang setelah sarapan nasi goreng di rumahnya.
Selain itu, Dadan juga membantah kabar yang menyebut adanya ulat dalam menu protein MBG yang menyebabkan keracunan. Menurutnya, laporan tersebut tidak benar dan tidak pernah diterima oleh pihaknya.
BACA JUGA:Syarat Usia dan Jalur Masuk dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, Pengganti PPDB
BACA JUGA:Harga Pangan Strategis di Tingkat Pedagang Eceran Terkini, Februari 2025: Data PIHPS
"Kemudian ada berita ditemukan ada ulat di proteinnya, sehingga menimbulkan keracunan. Setelah kami cek, tidak ada laporan seperti itu," tegas Dadan.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk hanya mempercayai informasi dari sumber yang kredibel dan tidak mudah terpengaruh oleh isu yang belum terverifikasi.
Mundurnya sepasang relawan MBG di Sumenep akibat ketidakjelasan gaji menyoroti salah satu tantangan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis. Selain itu, berbagai isu lain terkait program ini juga menjadi sorotan publik. Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memberikan transparansi lebih lanjut agar program ini berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan
BACA JUGA:10 Contoh Nama Bayi Laki-laki Lahir di Bulan Februari 2025, Rangkaian 2 dan 3 Kata Beserta Artinya
BACA JUGA:Pembahasan Jawaban PKN Kelas 11 Halaman 151 Semester 2 Kurikulum Merdeka, Tugas Mandiri 5.1
Sumber: