Mengenal Tari Gantar, Tari Pergaulan Khas Suku Dayak Benuaq

Mengenal Tari Gantar, Tari Pergaulan Khas Suku Dayak Benuaq

suku dayak benuaq--theAsianparent

BACA JUGA:Mengenal Tari Andun, Tari Adat Khas Bengkulu 

Keluarga tersebut termasuk seorang kepala suku bernama Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua anak perempuan yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di tanah Oteng Doi. 

Alkisah hiduplah seorang dewa bernama Dolonong Utak Dolonong Payang, yang mengejutkan keluarga Oling Bes. Kedatangan Dolonong Utak terbukti ikhlas. Ia membunuh Oling Bes dengan maksud untuk mengawini istri Oling Bes.

Peristiwa itu terjadi di depan istri dan dua anak Oling Bes. Istri Oling Bes menerima ajakan Dolonong Utak untuk menikah dengannya karena takut, namun kedua anaknya menyimpan dendam terhadap ayah tirinya.

Hari demi hari, ketika kedua putri Oling Bes beranjak remaja, mereka berdua bersekongkol untuk membunuh ayah tirinya. 

BACA JUGA:Menyelusuri Kearifan Budaya Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan

Suatu hari, ketika ayah tiri mereka (Dolonong Utak) sedang beristirahat di koridor rumahnya, kedua dewi tersebut memenuhi niat mereka untuk membalas kematian ayah kandung mereka pada ayah tirinya. 

Ketika ada kesempatan, Dolonong Utak dibunuh dengan sumpit. Saat mengetahui ayah tirinya meninggal, kedua putri pun ikut bergembira, sama-sama bergembira dan mengungkapkannya dengan menari bersama. 

Dan diiringi musik, mereka menemukan sebatang bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Selama beberapa hari, keluarga Dolonong mengungkapkan kepuasan mereka atas terbunuhnya Utak.

Kemudian kasus Alam Dewa ditemukan di dunia oleh seseorang bernama Kilip yang dapat berkomunikasi dengan Alam Dewa. 

BACA JUGA:Mengenal 7 Tradisi Unik Orang Minang yang Masih Tetep Eksis

Karena Kilip mengetahui kejadian tersebut, Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip untuk mencegahnya menceritakan kejadian tersebut kepada dewa tanah Oteng Doi lainnya. 

Kilip mengiyakan dengan memberikan satu syarat, yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela mengajari mereka tarian yang mereka lakukan saat bahagia. Dewi Ruda dan Dewi Bela mengajarinya untuk tidak berpikir. 

Berdasarkan hasil pertemuan tersebut maka Kilip mengambil bentuk sebuah tarian sakral, karena ciri-ciri tariannya adalah tongkat panjang dan sebatang bambu, maka Kilip dinamakan tari Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya adalah sebuah tongkat dan sebatang bambu yang sering disebut Kusaki.

Sumber: