Waspadai Bahaya Takjil Palsu! BPOM Ungkap 1,1% Sampel Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

Waspadai Bahaya Takjil Palsu! BPOM Ungkap 1,1% Sampel Takjil Mengandung Bahan Berbahaya

ilustrasi takjil palsu--freepik

SILAMPARITV.CO.IDDalam suasana bulan suci Ramadan, takjil menjadi primadona bagi masyarakat Indonesia yang menjalankan ibadah puasa. 

Namun, kekhawatiran pun muncul ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan temuan mengenai penganan takjil yang tidak memenuhi standar keamanan. 

Dalam Konferensi Pers Hasil Pengawasan Rutin Khusus Pangan Olahan di Jakarta, Pelaksana Tugas Kepala BPOM, Lucia Rizka Andalusia, memperingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih takjil yang akan dikonsumsi.

Menurut Lucia, dari sekitar 9.000 sampel takjil yang diperiksa, sebanyak 1,1 persen atau sekitar 102 sampel mengandung bahan berbahaya seperti formalin, rhodamin B, boraks, dan kuning metanil. 

BACA JUGA:Daftar Makanan Enak yang Ternyata Dapat Menurunkan Gula Darah

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun takjil menjadi incaran, tidak semua produk yang beredar aman untuk dikonsumsi.

Rinciannya menunjukkan bahwa sebagian besar takjil yang terkontaminasi mengandung formalin sebesar 48,04 persen, diikuti oleh rhodamin B sebesar 25,49 persen, boraks sebesar 27,45 persen, dan kuning metanil sebesar 0,98 persen. Jenis takjil yang paling rentan terhadap kontaminasi formalin antara lain mi kuning, teri, tahu, cincau, agar-agar, cumi, ikan peda, dan terasi.

Sementara itu, rhodamin B ditemukan pada jajanan seperti cendol, mutiara, kerupuk pasir, jeli merah, jenang merah, pacar cina, dan mi pelangi.

 Boraks ditemukan dalam takjil seperti kerupuk, cao, cendol, cilok, otak-otak, sate usus, kerang, udang, tahu, dan teri. Sedangkan, kuning metanil terdeteksi dalam tahu oranye.

BACA JUGA:Manfaat Buah Manggis Untuk Kecantikan Kulit

Kehadiran bahan-bahan berbahaya dalam takjil dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan bagi konsumen. 

Formalin, misalnya, merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pengawet mayat namun dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan pernapasan serta dapat menjadi karsinogenik dalam jangka panjang. 

Sementara itu, rhodamin B sering digunakan untuk memberikan warna merah pada makanan tetapi diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

Boraks, yang sering digunakan sebagai bahan pengawet makanan, dapat menyebabkan gangguan pencernaan, kerusakan ginjal, dan bahkan gangguan reproduksi jika terakumulasi dalam tubuh dalam jangka panjang. 

Sumber: