Ini Penegasan Dari Guru Besar Farmasi UGM Tentang Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik
Ini Penegasan Dari Guru Besar Farmasi UGM Tentang Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik--
BACA JUGA:5 Efek Samping Jika Bayi Kurang ASI, Ibu Menyusui Perlu Tahu
1. Kloramfenikol: Antibiotik ini pernah digunakan secara luas Namun, penggunaannya saat ini dibatasi karena risiko serius seperti anemia aplastik.
2. NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid): Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti indometasin dan fenilbutazon, dapat menimbulkan risiko anemia aplastik yang jarang terjadi.
3. Sulfonamida: Kelompok antibiotik ini, termasuk sulfasalazine dan trimethoprim-sulfamethoxazole, juga dikaitkan dengan anemia aplastik.
4. Antikonvulsan: Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi, seperti karbamazepin dan fenitoin, dapat menyebabkan anemia aplastik.
BACA JUGA:Jadi Salah Satu Jenis Skincare Paling 'Sakti', Ternyata Ini Sederet Manfaat Sunscreen!
5. Obat tiroid: Misalnya, propiltiourasil dan methimazol digunakan untuk mengobati hipertiroidisme.
6. Obat sitostatik dan kemoterapi: Obat yang digunakan dalam kemoterapi, seperti siklofosfamid dan klorambusil, mempunyai peningkatan risiko menyebabkan anemia aplastik.
7. Obat antiretroviral: Dalam beberapa kasus, obat yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS dilaporkan menyebabkan anemia aplastik.
8. Obat lain: Meski kurang umum, obat lain yang dapat menyebabkan anemia aplastik antara lain senyawa emas yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis dan obat antiplatelet seperti tiklopidin.
BACA JUGA:5 Manfaat Susu Kambing Untuk Kesehatan Sekaligus Risiko Konsumsinya!
"Jadi, sebenarnya tidak hanya obat sakit kepala yang berpotensi menyebabkan anemia aplastik, bahkan ada obat-obat lain yang potensinya lebih besar. Tetapi sekali lagi, kejadian anemia aplastik akibat obat ini kejadiannya termasuk jarang. Apalagi seperti obat sakit kepala yang hanya digunakan dalam jangka pendek, jika perlu saja," tandasnya..
Profesor Zullies menjamin obat-obatan yang beredar di Indonesia aman dikonsumsi sesuai dosis dan anjuran penggunaan. Ia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir. Jika gejala Anda tidak membaik, segera laporkan ke penyedia layanan kesehatan setempat.
"Jika ada sakit kepala yang terus menerus tidak sembuh dengan obat sakit kepala biasa, segera periksakan ke dokter karena mungkin merupakan gejala adanya gangguan penyakit lain yang lebih berat,"lanjutnya.
Sementara itu, Profesor Zurries juga menekankan pentingnya memantau efek samping obat yang digunakan, terutama bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Sumber: