Usai Rilis Data Kinerja Ekonomi AS Rupiah Tergelincir

Usai Rilis Data Kinerja Ekonomi AS Rupiah Tergelincir

Ilustrasi Rupiah--

Ketika data inflasi, seperti yang tercermin dalam indeks harga PCE, melebihi atau tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya, hal itu dapat memicu reaksi pasar yang signifikan, termasuk perubahan dalam harga aset dan nilai tukar mata uang.

Perubahan dalam indeks harga PCE juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang kondisi ekonomi AS secara keseluruhan.

BACA JUGA:Potensi Bisnis Budidaya Jamur Enoki, Bisnis Penghasil Cuan Besar !

 Selain mempengaruhi kebijakan moneter, data inflasi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diharapkan juga dapat memberikan gambaran tentang kesehatan ekonomi domestik, termasuk kekuatan konsumen, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat aktivitas bisnis. 

Oleh karena itu, investor, analis, dan pelaku pasar lainnya sering mengamati dengan cermat setiap rilis data indeks harga PCE untuk memperoleh wawasan yang lebih akurat tentang kondisi ekonomi AS.

BACA JUGA:Berikut Ini Penjelasan Memanfaatkan Media Sosial sebagai Ladang Bisnis

Di Asia, investor memperkirakan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada Jumat (26/4) tidak akan mendukung YenJepang dengan cukup kuat.

Alat FedWatch CME Group menunjukkan bahwa pasar suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga Fed sebesar 58% pada bulan September mendatang, turun dari 70% pada hari Rabu (24/4).

BACA JUGA:PLN UP3 Lubuklinggau Pastikan Siap Dukung Investasi Sektor Bisnis dan Industri

Rupiah Kembali Melemah pada Jumat, 26 April 2024

Rupiah kembali melemah 22 poin dalam perdagangan akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin ke level Rp. 16.210 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.187.

Untuk perdagangan Senin depan, mata uang Rupiah diprediksi akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp. 16.180 - Rp.16.260," kata Ibrahim.

BACA JUGA:Ini Dia cara Menanam Jagung Pakan Ternak, Jadi Peluang bisnis yang Menguntungkan

Di dalam negeri, Menteri Keuangan (Kemenkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih mencatat surplus hingga Maret 2024.

Meskipun kondisi geopolitik meningkat, APBN pada kuartal pertama 2024 tetap positif dengan surplus Rp 8,1 triliun atau 0,04% dari GDP.

Sumber: