Dwayne Johnson Tampil Total di The Smashing Machine: Potret Gelap Seorang Juara yang Hancur dari Dalam

Dwayne Johnson Tampil Total di The Smashing Machine: Potret Gelap Seorang Juara yang Hancur dari Dalam

Dwayne Johnson Tampil Total di The Smashing Machine: Potret Gelap Seorang Juara yang Hancur dari Dalam--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Rumah produksi A24 kembali menunjukkan kelasnya dalam menghadirkan film-film biografi berkualitas lewat karya terbarunya berjudul The Smashing Machine. Film ini disutradarai oleh Benny Safdie, sineas yang dikenal lewat gaya penyutradaraan intens dan realistis, serta dibintangi oleh dua aktor papan atas, Dwayne Johnson dan Emily Blunt.

Kisah dalam The Smashing Machine berfokus pada perjalanan hidup Mark Kerr, seorang legenda UFC yang dikenal sebagai salah satu pionir dunia Mixed Martial Arts (MMA) di era 1990-an. Dijuluki “The Smashing Machine” karena kekuatan dan dominasinya di arena, Kerr menjadi simbol kegigihan dan brutalitas olahraga tarung bebas pada masanya. Namun di balik kejayaan itu, tersembunyi kisah gelap tentang kecanduan, tekanan mental, dan kejatuhan seorang juara.

BACA JUGA:Rebecca Ferguson Mengonfirmasi Kembali Terlibat dalam Dune: Part Three

BACA JUGA:Infinix XPad 20 Pro Resmi Hadir di Indonesia, Tablet AI Rp 2 Jutaan untuk Produktivitas dan Hiburan

Dwayne Johnson Tampil Mengagumkan Sebagai Mark Kerr

Performa Dwayne Johnson dalam film ini menjadi salah satu kejutan terbesar. Berbeda dari citranya yang biasanya tampil sebagai sosok tangguh dan heroik, kali ini ia menunjukkan kerapuhan dan sisi manusiawi yang jarang terlihat sebelumnya. Johnson memerankan Mark Kerr bukan hanya sebagai atlet kuat, tetapi juga sebagai manusia yang berjuang melawan ketakutan, kesepian, dan kecanduan obat-obatan.

Kerr dalam film ini digambarkan sebagai sosok yang terjebak dalam tekanan dunia olahraga profesional. Obat-obatan yang awalnya digunakan untuk menahan rasa sakit akibat latihan dan pertarungan, perlahan berubah menjadi ketergantungan yang menghancurkan kehidupannya. Johnson berhasil memerankan pergulatan batin tersebut dengan sangat mendalam — mulai dari ledakan emosi hingga momen sunyi penuh keputusasaan.

BACA JUGA:Hasil Klasemen Final Four Livoli Divisi Utama 2025: TNI AU Salip Gresik Petrokimia, LavAni Masih Unbeaten

BACA JUGA:Pre-order iPhone 17 Series Resmi Dibuka di Indonesia, Simak Harga iPhone 16 Terbaru Sebagai Pertimbangan

Pendekatan Benny Safdie: Gelap, Lambat, Tapi Sangat Menggigit

Sebagai sutradara, Benny Safdie tidak sekadar membuat film olahraga biasa. Ia menjauh dari formula Hollywood yang biasanya menonjolkan kemenangan dan momen heroik. Sebaliknya, Safdie menyelami sisi psikologis dari karakter utama dan menggambarkan kehancuran mental sang juara dengan gaya yang tenang namun menyakitkan.

Film ini bergerak dengan tempo yang lambat dan atmosfer kelam, menggambarkan kehampaan yang dirasakan oleh Mark Kerr. Tidak ada dramatisasi berlebihan — justru ketenangan yang menakutkan itulah yang membuat setiap adegan terasa kuat dan menyentuh.

Safdie menciptakan pengalaman sinematik yang mendalam dengan menonjolkan detil visual, ekspresi wajah, serta gestur tubuh karakter. Penonton diajak untuk tidak sekadar menyaksikan, tetapi merasakan setiap fase kehancuran yang dialami oleh Kerr.

BACA JUGA:Poco M7 Hadir di Indonesia, Bawa Baterai 7.000 mAh dan Harga Terjangkau

Sumber:

Berita Terkait