Review The Strangers: Chapter 2 – Ketegangan Meningkat, Teror Masih Tertahan

Review The Strangers: Chapter 2 – Ketegangan Meningkat, Teror Masih Tertahan

Review The Strangers: Chapter 2 – Ketegangan Meningkat, Teror Masih Tertahan--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Film horor The Strangers yang dirilis pada tahun 2008 memang telah mengukir namanya sebagai salah satu film home invasion paling menyeramkan sepanjang masa. Dengan premis sederhana — kekerasan acak tanpa motif — film ini berhasil menghadirkan atmosfer teror yang intens dan membekas. Kini, 15 tahun kemudian, kisah itu kembali diangkat dalam bentuk reboot trilogi, dimulai dengan The Strangers: Chapter 1, dan berlanjut dengan Chapter 2, yang kini tengah tayang di bioskop.

Setelah banyak kritik terhadap Chapter 1 yang dinilai terlalu lambat dan hanya menjadi jembatan menuju konflik sesungguhnya, apakah Chapter 2 berhasil membawa penonton lebih dalam ke kengerian yang dijanjikan?

BACA JUGA:seberapa Efektif Produk Makeup dengan SPF Menangkal Sinar UV? Ini Faktanya!

BACA JUGA:TWINKLING WATERMELON: Drama Korea Time Travel yang Sarat Misi dan Emosi – Cocok Jadi Drakor Comfort Zone Kamu!

Sinopsis Singkat: Mimpi Buruk Belum Usai

Cerita The Strangers: Chapter 2 masih mengikuti karakter utama, Maya (diperankan oleh Madelaine Petsch), yang sebelumnya berhasil selamat dari serangan brutal di sebuah kabin terpencil. Dalam sekuel ini, Maya terbangun di sebuah rumah sakit di kota kecil yang tampak asing dan sunyi. Luka fisik di tubuhnya mulai sembuh, tapi luka batin dan traumanya jelas masih melekat kuat.

Namun, ketenangan itu hanya sementara. Saat malam datang, teror kembali hadir. Para pembunuh bertopeng yang mengincarnya sebelumnya ternyata belum menyerah. Mereka kembali, lebih brutal dan lebih mengancam, kali ini tidak hanya menyerang dari luar, tetapi juga memunculkan ketakutan dari dalam diri Maya sendiri.

Teror Psikologis Dibungkus Slasher Ringan

Berbeda dari banyak film horor populer yang mengandalkan hantu atau entitas supranatural, The Strangers: Chapter 2 tetap setia pada akar horornya — yakni manusia sebagai monster utama. Para penyerang bertopeng dalam film ini adalah psikopat yang membunuh tanpa alasan. Justru, ketidakjelasan motif inilah yang membuat mereka jauh lebih menakutkan. Mereka bisa muncul di mana saja, kapan saja, dan siapa pun bisa menjadi korban berikutnya.

Walaupun demikian, film ini juga menyisipkan elemen slasher di beberapa bagian. Sayangnya, unsur slasher-nya terasa kurang menggigit. Meski ada beberapa adegan sadis, tingkat kekerasannya masih cukup "ringan" untuk film dengan rating 17+. Bagi penggemar genre horor hardcore, bagian ini bisa terasa kurang memuaskan.

BACA JUGA:10 Gejala Awal Kerusakan Hati yang Sering Diabaikan, Waspadai Sebelum Terlambat!

BACA JUGA:Prabowo Subianto Hadiri KTT Perdamaian Gaza, Indonesia Dukung Upaya Akhiri Perang di Timur Tengah.

Suasana Menegangkan Didukung Sinematografi dan Suara

Salah satu kekuatan utama dari film ini adalah upaya sutradara Renny Harlin dalam membangun ketegangan secara visual. Ia memainkan sudut kamera dengan apik, menciptakan perasaan bahwa

Sumber:

Berita Terkait