Mengenal Menoreksia: Gangguan Makan yang Mengintai Perempuan Paruh Baya

Senin 13-10-2025,14:52 WIB
Reporter : Rendi Setiawan
Editor : Rendi Setiawan

Melewatkan makan,

Latihan berlebihan,

Atau menjalani diet trend seperti puasa intermiten.

Perilaku ini sering disamarkan sebagai “gaya hidup sehat”, padahal sebenarnya merupakan indikasi awal gangguan makan.

Menariknya, tidak hanya perempuan yang terdampak. Sebanyak 39% pria paruh baya juga dilaporkan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka, meski gejalanya sering kali diabaikan atau dianggap hal biasa.

BACA JUGA:Review The Strangers: Chapter 2 – Ketegangan Meningkat, Teror Masih Tertahan

BACA JUGA:TWINKLING WATERMELON: Drama Korea Time Travel yang Sarat Misi dan Emosi – Cocok Jadi Drakor Comfort Zone Kamu!

Peran Hormon dalam Menoreksia

Selama menopause, kadar estrogen turun hingga 60%, sementara progesteron hampir berhenti total. Ketidakseimbangan hormon ini berpengaruh pada suasana hati, metabolisme, serta persepsi tubuh.

Menurut Parks, perubahan hormon yang signifikan ini dapat memicu rasa kehilangan kontrol terhadap tubuh, yang kemudian diterjemahkan menjadi obsesi pada pola makan dan penampilan fisik.

Bagi sebagian perempuan, olahraga dan diet yang awalnya bertujuan menjaga kesehatan justru berubah menjadi pemicu gangguan makan kronis.

Tekanan Sosial dan Budaya Diet

Lauren Muhlheim, psikolog dan pendiri Eating Disorder Therapy LA, menjelaskan bahwa banyak klien paruh bayanya berjuang melawan stres emosional dan tekanan sosial.

“Bagi orang dewasa paruh baya, pemicu stres bisa berasal dari menopause, perubahan penampilan, nyeri kronis, kehilangan orang tercinta, hingga stereotipe tentang usia,” ujarnya.

Di tengah budaya yang mengagungkan tubuh muda dan kurus, perempuan sering kali merasa “harus kembali seperti dulu”. Pesan-pesan ini memperburuk ketidakpuasan tubuh, terutama di masa perubahan alami seperti menopause.

BACA JUGA:10 Gejala Awal Kerusakan Hati yang Sering Diabaikan, Waspadai Sebelum Terlambat!

Kategori :