Tarian Khas Palembang, Mengenal Tari Tanggai dan Makna dari Tariannya

Tarian Khas Palembang, Mengenal Tari Tanggai dan Makna dari Tariannya

tarian tanggai--YouTube @sanggar rumah elok palembang

BACA JUGA:Budaya Merarik Kawin Lari di Lombok: Pesona dan Makna yang Tersembunyi

Masyarakat palembang merupakan masyarakat yang dikatakan mudah bergaul dan mudah bergaul dengan tamu. 

Bentuk khas dari budaya ini dapat dilihat pada diri tuan rumah atau pada kantor penyelenggara acara dimana para tamu datang. Dari situlah tuan rumah atau kantor akan memperkenalkan secara resmi tari Tanggai di awal acara sebagai tanda bahwa acara akan segera dimulai.

Para tamu akan disambut dengan peragaan tari Tanggai yang dibawakan oleh para penari wanita muda berpenampilan menarik dengan busana khas Palembang seperti kain songket, dodot, permata, kalung, pulla malang, Kembang Urai atau poturri, katos cempaka, Kembang Goyang dan Tanggai. dari paku pipih tembaga.

Tari Tanggai dibawakan oleh penari wanita dalam jumlah ganjil. Tarian ini dapat ditarikan sendiri, berkelompok, atau secara kolosal. 

BACA JUGA:Ini dia 5 Kebudayaan Yogyakarta yang Sangat Terkenal

Jumlah penari yang ganjil menjadi kebutuhan yang tiada henti bagi para penari, seiring pencipta tari Elly Rudi yang memimpin tradisi Rasan Tuo, dimana satu penari menjadi primadonanya. Dengan tradisi Rasan Tuo, keinginan orang tua agar anaknya mendapatkan suami diturunkan. 

Oleh karena itu, penari Tanggai adalah perempuan dan tidak ditarikan oleh laki-laki. Bentuk tari Tanggai ciptaan Elly Rudi merupakan salah satu bentuk tari tradisional yang ada di palembang yang corak dan ciri khasnya terletak pada teknik menarinya, oleh karena itu tari Elly Rudi versi ini banyak digunakan dan dikenal oleh masyarakat palembang.

Tari Tanggai ciptaan Elly Rudi mempunyai kemiripan dengan tari Gending Sriwijaya, karena dalam gerak adaptasi Elly Rudi mengacu pada gerak tari Gending Sriwijaya, sebuah filosofi yang mengingatkan kita pada Kerajaan Sriwijaya di Palembang. 

Oleh karena itu, untuk membedakan keduanya harus melihat dari pakaian atau kostum yang dikenakan penarinya. Saat penari gender Sriwijaya mengenakan pakaian Aesan, dikenakan mahkota emas berukuran besar dan diikatkan selendang mantra di pinggang. 

BACA JUGA:Mengenal Tari Serimpi, Tarian Khas Jawa Tengah dan Yogyakarta

Sedangkan pakaian tari Tanggai terdiri dari bagian bawah yang dibentuk dari kain songket dengan bagian atas bertitik.

Penari Tanggai mengenakan empat jenis busana atau tatanan busana yaitu Asean Dodot, Asean Pak Sangkong, Asean Gede dan Selendang Mantri (Asean Gandik). Busana atau kostum yang dikenakan harus sesuai dengan tema acara yang sedang berlangsung. 

Dan pada saat pertunjukan tari Tanggai juga harus memberikan perhatian khusus terhadap situasi dan keadaan. Misalnya pada pesta pernikahan, penari tidak boleh berpose besar, karena calon pengantin sudah mengenakan pakaian tersebut. 

Oleh karena itu, penari sebaiknya menggunakan Asean Mantri, Asean Pak Sangkong atau Asean Dodo yang mempunyai tema utama berupa lagu dalam tarian ini. Sehingga perpaduan dan keselarasan antara busana dan juga gerak tarinya dapat meningkatkan nilai estetika tari tersebut.

Sumber: