Fenomena Perokok Desa Lebih Tinggi dari Kota, Ini Kata Profesor Unhas
Fenomena Perokok Desa Lebih Tinggi dari Kota, Ini Kata Profesor Unhas--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Kebiasaan merokok di Sulawesi Selatan masih menjadi persoalan serius kesehatan masyarakat. Dari total penduduk Sulsel yang mencapai sekitar 9,56 juta jiwa pada 2025, satu dari lima orang tercatat sebagai perokok harian aktif.
BACA JUGA:Siaga Nataru Mulai 15 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026, Ribuan Personel Siaga Keandalan Listrik
Data Statistik Kesejahteraan Rakyat yang dirilis Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan pada Desember 2025 menunjukkan perbedaan mencolok antara wilayah desa dan perkotaan. Persentase penduduk desa yang merokok tercatat mencapai 24,3 persen, lebih tinggi dibandingkan penduduk kota yang berada di angka 19,7 persen.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: mengapa kebiasaan merokok justru lebih dominan di wilayah perdesaan?
Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof. Aminuddin Syam, mengungkapkan bahwa tingginya angka perokok di desa tidak bisa disederhanakan hanya pada faktor pendidikan.
“Banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari lingkungan sosial, pengetahuan, norma regulasi, lemahnya kampanye bahaya rokok, peran tokoh masyarakat dan kepemimpinan, hingga faktor ajaran agama,” ujarnya saat diwawancarai, Kamis (11/12/2025).
Ia menegaskan bahwa tingkat pendidikan bukan penentu utama seseorang merokok atau tidak.
“Banyak guru besar, dosen, bahkan orang-orang berpendidikan tinggi yang juga merokok,” tambahnya.
BACA JUGA:Target Nol RTLH 2029, Pemkot Lubuklinggau Konsisten Jalankan Program Bedah Rumah
Sebagai panelis kesehatan pada debat Pilpres 2024, Prof Aminuddin kemudian mencontohkan praktik baik yang berhasil menekan kebiasaan merokok di desa, yakni Kampung Bebas Rokok di Desa Bonebone, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.
Sumber: