1. Gigi depan atas yang tidak rata
Mengisap jempol berulang kali dapat meningkatkan tekanan pada jaringan lunak mulut dan rahang atas. Akibatnya rahang atas menyempit sehingga menghambat pertumbuhan gigi, misalnya gigi atas tidak rata yang kemudian mempengaruhi bentuk wajah anak.
2. Cadel
Jika pertumbuhan struktur gigi depan tidak merata, maka bentuk rahang dapat berubah dan kemudian mempengaruhi kebiasaan bicara anak. Kemungkinan bayi terdengar tidak jelas saat mengucapkan beberapa huruf konsonan, misalnya huruf d, t, r, s.
BACA JUGA:Waktu Terbaik Mengonsumsi Vitamin Menurut Para Ahli
3. Gigi Tongos
Kebiasaan bayi menghisap jempol terus-menerus mendorong gigi depan ke depan. Jika dibiarkan dalam waktu lama, anak mungkin akan mengalami kecenderungan tumbuh gigi ketika gigi dewasanya tumbuh, bukan gigi susu.
4. Angular cheilitis
Akibat lain dari bayi menghisap jempol adalah Angular cheilitis, yaitu kondisi dimana ujung bibir menjadi kering dan rentan terhadap infeksi. Bibir kering ini bisa menimbulkan luka di bagian tepi bibir dan membuat bayi tidak nyaman.
BACA JUGA:Siapa yang Jarang Mandi? Para Ahli Peringatkan 5 Masalah Ini Bisa Terjadi
Selain itu, kebiasaan menghisap jempol membuat langit-langit mulut menjadi lebih sensitif. Jika tangan dan kuku anak tidak bersih, bakteri atau kotoran tidak sehat akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh.
5. Paronychia
Paronychia adalah suatu kondisi dimana bakteri menginfeksi akar kuku. Di Indonesia, kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan ingrown toenail. Paronikia disebabkan oleh tekanan hisapan terus-menerus pada kuku sehingga menyebabkan luka kecil pada kuku dan menimbulkan celah antara kuku dan kulit.
Jika kebiasaan ini berlanjut hingga anak besar, ia cenderung mengunyah dan menggigit ibu jarinya. Hal ini dapat menyebabkan borok pada kuku, yang kemudian menjadi tempat berkembang biaknya bakteri menular.
BACA JUGA:9 Manfaat Rutin Minum Teh Tawar untuk Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Dapat Menyegarkan Napas
6. Crossbite