Mengenal Tradisi Carok, Budaya dari Madura untuk Mempertahankan Harga Diri

Mengenal Tradisi Carok, Budaya dari Madura untuk Mempertahankan Harga Diri

ilustrasi tradisi carok Madura--

Carok memang menjadi tradisi atau budaya masyarakat Madurai yang berlangsung secara turun-temurun.

Namun pada abad ke-12 atau bahkan ke-18 satu abad pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo, istilah tradisi carok belum dikenal.

BACA JUGA:Budaya Makan Daging Anjing di Permasalahkan, Aktivis: Budaya Sangat Dinamis

Menurut arsip kolonial yang disusun para antropolog Belanda, karak sudah ada di Madura sejak tahun 1800-an.

Asal usul sejarah karak diawali dari kisah gula tebu Jawa Timur Pasuru yang dikenal dengan nama Pak Sakera.

Pak Sakera yang aslinya namanya Sudirman, keturunan Madura dan tinggal di Pasuruan.

Bagi Pak Sakera, sabit merupakan simbol perlawanan rakyat terhadap tirani pemerintah Hindia Belanda, sehingga wajib dipakai saat mengawasi pejabat.

BACA JUGA:Berlangsung di Bulan Suro, Mengenal Tradisi Upacara Adat Suran Mbah Demang

Saat itu sebuah perusahaan Belanda membutuhkan banyak tanah dan ingin membelinya dengan harga murah.

Kemudian perusahaan Belanda tersebut memesan sebidang tanah kepada Rembang, yang berhasil mendapatkan tanah murah dengan menggunakan kekerasan terhadap rakyat.

Dia tidak melakukannya, tidak mau untuk membuat rakyat menderita, Pak Sakera melakukan perlawanan hingga menjadi buronan pemerintah. Pak Sakera kemudian ditangkap dan dijebloskan ke Penjara Bangil di Pasuruan.

Saat di penjara, Brodin mengajak istri Pak Sakera, Marlena, bersamanya.

BACA JUGA:Ini Dia Mengenal 8 Jenis Alat Musik kesenian Gamelan dan Cara Memainkannya

Setelah mendengar kabar tersebut, Pak Sakera kabur dari penjara untuk membunuh Brodin.

Selain itu, Pak Sakera melakukan balas dendam kepada banyak orang, termasuk Rembang. pejabat, perkebunan dan Kapolres Bangil.

Sumber: