Kebiasaan Rebahan dan Begadang Bisa Picu Pikun, Temuan Riset Menyoroti Dampak Buruk bagi Otak

Kebiasaan Rebahan dan Begadang Bisa Picu Pikun, Temuan Riset Menyoroti Dampak Buruk bagi Otak

Kebiasaan Rebahan dan Begadang Bisa Picu Pikun, Temuan Riset Menyoroti Dampak Buruk bagi Otak--ist

SILAMPARI.CO.ID - Kebiasaan duduk atau rebahan terlalu lama di usia muda ternyata memiliki dampak buruk yang signifikan terhadap kesehatan otak di usia tua. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pola hidup sedentari, yang seringkali melibatkan kebiasaan rebahan tanpa aktivitas fisik, dapat meningkatkan risiko gangguan memori dan bahkan menyebabkan pikun atau demensia saat memasuki usia lanjut. Temuan ini menjadi perhatian penting bagi generasi muda yang sering menghabiskan waktu mereka dengan berbaring di tempat tidur atau duduk berlama-lama tanpa bergerak.

BACA JUGA:Stabilitas Ekonomi Terjaga, Sumsel Raih Inflasi Terendah

BACA JUGA:Tanggapi Insiden Tersengat Listrik, PLN Himbau Masyarakat Gunakan Layanan Resmi PLN

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One pada tahun 2018 menunjukkan hubungan antara gaya hidup tidak aktif dan penurunan fungsi otak. Penelitian ini berfokus pada bagaimana kurangnya aktivitas fisik dapat merusak kemampuan otak untuk mengingat informasi penting, terutama di area lobus temporal medial. Area ini memiliki peran penting dalam mengelola fungsi memori dan pengolahan informasi. Menurut para peneliti, kebiasaan untuk lebih banyak duduk atau rebahan menyebabkan perubahan struktural pada otak yang mempengaruhi kinerjanya dalam memproses dan menyimpan memori.

Lebih lanjut, riset ini menyarankan bahwa jika seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu dalam posisi statis atau tidak bergerak, maka struktur dan fungsi otak mereka bisa terganggu, yang akhirnya meningkatkan kemungkinan mengalami masalah kognitif seiring bertambahnya usia.

BACA JUGA:Dari Sumsel ke Malaysia: 40 Ton Kopi Sumsel Kualitas Terbaik Siap Berlayar ke Pasar Internasional

BACA JUGA:Gempa Bumi di Tibet: 126 Tewas, Ratusan Terluka

Selain kebiasaan rebahan, kebiasaan begadang atau tidur yang tidak teratur juga dapat memperburuk kondisi kesehatan otak. Tidur larut malam atau kurang tidur menghambat otak untuk menjalankan proses perbaikan dan pemulihan yang seharusnya terjadi saat tidur. Dr. Gina Anindyajati Sp.KJ, seorang psikiater dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, menjelaskan bahwa saat tidur, otak bekerja untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dan memperkuat jalur memori. Jika tidur terganggu atau tidak cukup, proses ini terganggu, dan fungsi kognitif otak menjadi terhambat.

Dr. Gina menambahkan bahwa tidur yang teratur dan cukup sangat penting untuk kesehatan otak jangka panjang. Kurangnya tidur dapat mempengaruhi proses metabolisme otak dan merusak jaringan otak, yang pada gilirannya meningkatkan risiko demensia dan gangguan kognitif. Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang sehat sejak usia muda dapat membantu melindungi otak dan mengurangi risiko penyakit otak di masa tua.

BACA JUGA:Virus HMPV Meningkat di India dan Inggris, Otoritas Kesehatan Minta Warga Waspada

BACA JUGA:Arab Saudi Diprediksi Alami Banjir hingga 12 Januari 2025

Dari temuan-temuan ini, sangat penting bagi generasi muda untuk memahami bahwa gaya hidup aktif adalah investasi kesehatan yang sangat berharga untuk masa depan. Selain menjaga kualitas tidur, berolahraga secara teratur dan melakukan aktivitas fisik setiap hari sangat dianjurkan untuk mempertahankan kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak, memperbaiki fungsi otak, dan memperkuat daya ingat.

BACA JUGA:Kejari Palembang Sita Buku Nikah Istri Kedua Kadisnakertrans Terkait Kasus Grafitikasi K3

BACA JUGA:Menelusuri Pesona Alam Gunung Bukit Barisan: Keindahan dan Kekayaan Hayati Pulau Sumatera

Sumber: