Tari Buai-buai Kesenian Tradisional Minangkabau yang Unik, Setiap Gerakannya Mengandung Cerita dan Makna

Tari Buai-buai Kesenian Tradisional Minangkabau yang Unik, Setiap Gerakannya Mengandung Cerita dan Makna

Tari Buai-buai Kesenian Tradisional Minangkabau yang Unik, Setiap Gerakannya Mengandung Cerita dan Makna--Aan Afriandi

SILAMPARITV.CO.ID - Kesenian tradisional di Minangkabau memang sudah banyak ragamnya. Selain banyak pariwisatanya, namun juga kesenianpun tetap terjaga dan terlestari dengan baik.

Sehingga, kesenian tradisional di Minangkabau tetap eksis hingga sekarang ini. oleh sebab itu, memang harus ada regenerasi penerusnya, sehingga tidak hilang ditelan masa.

Salah satunya kesenian tradisional khas di Minangkabau yang unik dan memiliki makna didalam setiap gerakan yang ditampilkan yaitu Tari buai-buai.

Sejarah terdahulu, Tari buai-buai ini awalnya berasal dari pesisir selatan, sejarah kemunculan tarian ini adalah dari pengasuh anak raja yang biasa disebut inang atau sikambang manih.

BACA JUGA:Ini Lah Macam-Macam Ras yang Ada di Dunia dan Indonesia, Kamu Termasuk yang Mana?

Asal muasal tarian ini dimainkan oleh pengasuh anak raja untuk menidurkan atau menghibur anak raja tersebut supaya bisa tertidur dengan nyenyaknya.

Menurut sejarah, tari buai-buai ini muncul kira-kira pada abad 18 Masehi.

Tari buai-buai ini berkembang di Pesisir Selatan hingga sampai di Kota Padang karena dibawa oleh seorang tokoh yang sampai sekarang namanya tidak diketahui.

Saat menampilkan Tari buai-buai diawali dengan gerdam pembuka. Selain itu, untuk ciri khas dari tarian ini adalah menggunakan gerak rantak kudo.

BACA JUGA:Apakah Kamu Tau Alat Musik yang Terkenal di Indonesia Ini Berasal dari Daerah Mana? Cek di Sini!

Gerakan lainnya adalah gerakan-gerakan orang pergi ke sawah, dari gerakan mencangkul, menuai padi sampai menarik padi sebagai hasil panen.

Jumlah penari dalam tarian ini bisa satu orang (tari tunggal) atau berkelompok, tapi rata-rata tarian ini dimainkan berpasangan.

Biasanya penampilan tarian buai-buai berdurasi selama 5-10 menit.

Dulunya tarian ini hanya diiringi oleh tepukan tangan, namun sejalan dengan berkembangnya waktu, tarian ini diiringi oleh gendang, saluang pauah, pupuik batang padi dan talempong.

BACA JUGA:Ini dia Sejarah Tari Gandrung Asal Jawa Timur Asli Budaya Indonesia

Pakaian penari pada tarian ini adalah pakaian silat (berwarna hitam) dan penarinya adalah laki-laki. Tarian ini umumnya ditampilkan di depan ninik mamak, terutama dalam prosesi batagak gala, alek penghulu, baralek atau maarak induak bako.

Salah satu ciri khas dari tarian ini adalah para penari meletakkan galeta atau timbala di atas kepala mereka dan menggunakannya sambil menari.

Galeta atau timbala adalah suatu alat yang serupa kendi yang terbuat dari kaca yang diletakkan di atas kepala ketika menari, sehingga para penari harus bisa menyeimbangkan gerakannya agar galeta/timbala tersebut tidak terjatuh.

Selain galeta atau timbala, para penari kadang kala menggunakan dama, sebuah lentera yang terbuat dari kaleng susu. Para penari tarian buai-buai ini adalah pesilat dan tarian ini dimainkan pada malam hari.*

Sumber: