Mengenal Menoreksia: Gangguan Makan yang Mengintai Perempuan Paruh Baya
Mengenal Menoreksia: Gangguan Makan yang Mengintai Perempuan Paruh Baya--ist
Penyebabnya tidak tunggal. Salah satunya adalah budaya diet ekstrem yang menormalisasi perilaku tidak sehat seperti:
Melewatkan makan,
Latihan berlebihan,
Atau menjalani diet trend seperti puasa intermiten.
Perilaku ini sering disamarkan sebagai “gaya hidup sehat”, padahal sebenarnya merupakan indikasi awal gangguan makan.
Menariknya, tidak hanya perempuan yang terdampak. Sebanyak 39% pria paruh baya juga dilaporkan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka, meski gejalanya sering kali diabaikan atau dianggap hal biasa.
BACA JUGA:Review The Strangers: Chapter 2 – Ketegangan Meningkat, Teror Masih Tertahan
Peran Hormon dalam Menoreksia
Selama menopause, kadar estrogen turun hingga 60%, sementara progesteron hampir berhenti total. Ketidakseimbangan hormon ini berpengaruh pada suasana hati, metabolisme, serta persepsi tubuh.
Menurut Parks, perubahan hormon yang signifikan ini dapat memicu rasa kehilangan kontrol terhadap tubuh, yang kemudian diterjemahkan menjadi obsesi pada pola makan dan penampilan fisik.
Bagi sebagian perempuan, olahraga dan diet yang awalnya bertujuan menjaga kesehatan justru berubah menjadi pemicu gangguan makan kronis.
Tekanan Sosial dan Budaya Diet
Lauren Muhlheim, psikolog dan pendiri Eating Disorder Therapy LA, menjelaskan bahwa banyak klien paruh bayanya berjuang melawan stres emosional dan tekanan sosial.
“Bagi orang dewasa paruh baya, pemicu stres bisa berasal dari menopause, perubahan penampilan, nyeri kronis, kehilangan orang tercinta, hingga stereotipe tentang usia,” ujarnya.
Sumber: