Tinggalkan Kerja Kantoran, Merianti Pilih Jadi Pemetik Buah di Australia dengan Bayaran Rp. 300.000 per Jam.
Tinggalkan Kerja Kantoran, Merianti Pilih Jadi Pemetik Buah di Australia dengan Bayaran Rp 300.000 per Jam.--ist
“CV-nya simpel banget, cuma data diri, pengalaman kerja, dan kontak. Enggak perlu foto atau ijazah,” ungkapnya. “Bahkan, beberapa tempat pakai sistem trial kerja 3 jam buat lihat langsung kemampuan kita.”
BACA JUGA: Latihan Soal PAI Kelas 4 SD - BAB 4: Menyambut Usia Balig Kurikulum Merdeka
Upah Tinggi, Etos Kerja Disiplin
Dengan upah minimum 30,13 dolar Australia per jam (sekitar Rp 331.000), Merianti bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, membayar sewa tempat tinggal, bahkan menabung.
“Di Australia, kedisiplinan sangat penting. Telat bisa dianggap enggak bertanggung jawab. Tapi mereka juga sangat adil. Kalau harus lembur, tetap dibayar. Break time juga wajib diberikan,” ujarnya.
Sistem pembayaran di Australia dilakukan secara mingguan atau dua mingguan, membuat perencanaan keuangan lebih fleksibel. Ia juga mengapresiasi sistem kerja yang menghargai waktu dan hak pekerja.
BACA JUGA:Mahasiswa 20 Tahun Ciptakan Inovasi Medis: Pulihkan Penglihatan Tanpa Operasi!
BACA JUGA:Demi Cucu Tercinta, Nenek Ini Rela Kalungi Puluhan Boneka Unta dari Tanah Suci.
Lingkungan Kerja Aman dan Bebas Diskriminasi
Selama bekerja, Merianti merasa nyaman dan aman. Ia mengaku tidak pernah mengalami diskriminasi, berkat aturan ketat tentang bullying dan pelecehan di tempat kerja.
“Siapa pun yang melanggar aturan bisa langsung dilaporkan. Itu sangat membantu kami para pekerja migran merasa dihargai dan dilindungi,” jelasnya.
BACA JUGA:Eks Peserta MasterChef Indonesia Diduga Cabuli Anak di Bawah Umur, Polisi Lakukan Penahanan.
BACA JUGA:Soal & Jawaban Modul Ajar Informatika Kelas 8 – Bab 4: Jaringan Komputer dan Internet
Pesan untuk Anak Muda Indonesia
Sumber: