Mengenal Suku Dani: Asal Usul, Kepercayaan hingga Tradisi Potong Jari

Mengenal Suku Dani: Asal Usul, Kepercayaan hingga Tradisi Potong Jari

ilustrasi suku dani--freepik

Masyarakat Suku Dani masih hidup bersama dan saling membantu. Misalnya untuk membuka perkebunan, mengolah tanah, membangun rumah, mereka selalu bekerja sama, di bawah kepemimpinan pengelola adat atau pemimpin adat.

BACA JUGA:Paras Cantik Perempuan Suku Dayak Kalimantan, Ternyata Tidak Mudah untuk Dipinang, Ini Alasannya!

Sistem Kepercayaan

Kepercayaan atau agama dasar masyarakat Dani adalah melindungi dan menghormati roh nenek moyang. Berbagai ritual dan tradisi diadakan untuk tujuan ini.

Mereka percaya bahwa arwah nenek moyang mereka, laki-laki (Suanggi Ayoka) dan perempuan (Suanggi Hosile), masih ada di hutan dan hidup di tumbuhan, pohon, hewan, dan benda. Inilah sebabnya mengapa mereka sangat memiliki hubungan yang baik dengan alam dan hutan.

Selain itu, untuk lebih menghormati leluhur, suku Dani juga membuat Kaneka. Sejenis lambang leluhur yang terbuat dari batu keramat yang dipoles hingga mengkilat.

Mereka melakukan berbagai macam ritual untuk menghormati arwah nenek moyang mereka. Seperti upacara Rekwasi dimana tanfa terbuat dari lemak babi, cangkang, bulu, kuskus, sagu ketan, damar pohon dan bunga untuk ditempelkan pada badan. Selama ini mereka akan membawa senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang serta busur dan anak panah.

BACA JUGA:Tari Tradisional Khas Jawa Timur, Mengenal Sejarah dan Keunikan Tari Remo

Tradisi potong jari

Suku Dani terkenal dengan persaudaraan yang erat satu sama lain. Salah satunya diwujudkan melalui tradisi potong jari seseorang ketika salah satu anggota keluarganya hilang.

Jika suami, istri, ayah, ibu, anak atau saudaranya meninggal, mereka tidak hanya menangis dan menangis. Sebaliknya, mereka akan memotong satu jari hingga patah.

Proses pemotongan jari ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Ibarat memotong dengan pisau, kapak, atau parang. Ada juga orang yang menggigit ruas jarinya hingga patah atau mengikat jarinya dengan tali untuk menghentikan pendarahan dan ruas jarinya mati dan terpotong.

Mereka percaya bahwa memotong jari  adalah simbol  rasa sakit karena ditinggalkan oleh orang yang dicintai dalam keluarga. Selain itu juga sebagai doa agar musibah yang  merenggut nyawa keluarganya tidak terulang kembali.

BACA JUGA:Tidak Banyak Orang Tahu, 4 Danau Indah di Indonesia Ini Dikenal Danau yang Paling Mistis!

Kedepannya kesedihan karena ditinggalkan tidak akan sembuh jika jari patah juga patah menyembuhkan lukanya.

Sumber: